Sabtu, 02 Mei 2020

REVIEW ANALISIS OPSI DAN ANALISIS FUTURE

Nama : Suci Hari Rahmasari
Nim : 17510025
Mata Kuliah : Analisis Sekuritas F


REVIEW JURNAL ANALISIS OPSI 


Judul
OPSI SAHAM PADA PASAR MODAL DI INDONESIA  (STUDI PASAR OPSI SAAT PASAR OPSI MASIH BERLANGSUNG DI BURSA EFEK INDONESIA)
Tahun
2018
Penulis
1.       Syanti Dewi
2.       Ishak Ramli
Jurnal
Jurnal Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis  ISSN   2579-6224 (Versi Cetak) Vol. 2, No. 2, Oktober 2018:
Keyword
Stock Options, Share Price, Stock Options Price, Volatility
Reviewer
Suci Hari Rahmasari
Tanggal
29 April 2020
Dosen Pengampu
Muhammad Nanang Chairuddin, SE., ME

Latar Belakang
Pasar opsi dipasar modal Indonesia sudah tidak berjalan sejak tahun 2010, padahal opsi saham sebagai derivatif merupakan suatu instrumen keuangan yang diharapkan akan mengamankan risiko saham yang bersangkutan. Keberadaan instrument derivatif dalam dunia investasi sebenarnya masih menjadi pro dan kontra bagi sebagian masyarakat dan pakar keuangan. Menurut Walmsley (1998), terdapat empat kegunaan dari instrumen derivatif dalam investasi bagi investor  yaitu: 
1) Pengalihan risiko (risk tansfer)
2) Peningkatan likuiditas (liquidity improvement)
3) Penciptaan kredit (credit creation)
4) Penciptaan ekuitas (equity creation)
Dengan menggunakan derivatif maka investor atau pengusaha dapat mengalihkan risiko keuangannya karena mereka telah melindungi diri dari ketidakpastian (hedging the risk). Karena derivatif dapat dengan mudah diperdagangkan di pasar uang, maka derivatif dipercaya sebagai instrument yang likuid (mudah cair) karena investor atau pengusaha dapat meng-uang-kan derivatif di pasar uang dengan relatif cepat di kala mereka membutuhkan uang. Derivatif juga dapat menciptakan kredit dan ekuitas karena instrument derivatif memperluas sumber kredit dan ekuitas dengan menciptakan jenis kredit dan ekuitas yang baru,
Dengan melakukan prediksi (spekulasi) yang tepat atas investasi derivatif, keuntungan yang diperoleh sangat tinggi, tetapi jika prediksi tidak tepat, maka kerugian yang dialami pun akan berlipat-lipat pula. Berinvestasi pada produk derivatif pada kenyataannya memang dapat memberikan keuntungan yang besar, bahkan diperkirakan lebih besar dibandingkan dengan berinvestasi di bursa saham (Jonckheere, 2008). Namun sesuai dengan prinsip investasi “higher return, higher risk”, maka produk investasi yang bisa memberi imbal hasil yang tinggi tentu juga memiliki risiko yang lebih tinggi.
Indonesia juga terkena imbas kerugian. Salah satu indikator dari kerugian tersebut adalah jatuhnya nilai kapitalisasi pasar dan penurunan tajam volume perdagangan saham di bursa. Bahkan pada bulan Oktober 2008, Departemen Keuangan RI sempat menutup Bursa Efek Indonesia (BEI) karena Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 10,38%. (Kusnanto, 2010). Secara makro, keberadaan pasar derivatif sebenarnya dapat membantu terciptanya pasar keuangan yang efisien sehingga pada akhirnya juga akan membantu sektor riil (dunia usaha) untuk mendapatkan modal usaha secara efisien. Namun di Indonesia perkembangan pasar derivatif belum semaju di negara lain, khususnya di kawasan Asia. Sebagai pembanding, bursa derivatif Korea telah menjadi bursa unggulan di Asia, sedangkan bursa derivatif komoditas Malaysia menjadi bursa terbesar di dunia. (Kontan 2008). Kemajuan pasar derivatif di kedua negara tersebut disebabkan adanya dukungan penuh dari otoritas setempat dan seluruh anggota bursa. Kegiatan–kegiatan berbentuk pelatihan derivatif untuk masyarakat umum dan simulasi trading bagi investor pemula, sering diadakan di kedua negara tersebut sehingga semakin banyak investor yang paham tentang informasi derivatif, kondisi inilah yang mampu meningkatkan volume transaksi derivatif di kedua negara tersebut. Sedangkan di Indonesia, distribusi informasi derivatif masih dikuasai oleh orang–orang tertentu, sehingga investor pemula sulit untuk belajar (Satrio, dalam Kontan, 2008). 
Teori
Menurut Bodie, Kane dan Marcus (2006 : 340), Opsi merupakan suatu kontrak yang memberikan hak (bukan kewajiban) kepada pemegang kontrak (option buyer) untuk membeli atau menjual suatu aset tertentu suatu perusahaan kepada penulis opsi (option writer) dengan harga tertentu (exercise price) dalam jangka waktu tertentu (expiration date). Apabila pada saat jatuh tempo (expiration date) pemegang opsi tidak menggunakan haknya, maka haknya tersebut akan hilang dengan sendirinya. Dengan demikian, opsi yang dimiliknya tidak akan bernilai lagi.
Berdasarkan jenis hak yang diberikan kepada pemegangnya, opsi terbagi menjadi dua yaitu opsi beli (call option) dan opsi jual (put option). Opsi beli adalah opsi yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sejumlah tertentu saham suatu perusahaan dengan harga dan waktu tertentu. Sedangkan opsi jual memberikan hak kepada pemegangnya untuk menjual sejumlah tertentu saham perusahaan dengan harga dan waktu tertentu pula.
berdasarkan periode waktu dan hak yang dimilki pemegangnya, Opsi terbagi menjadi dua tipe yaitu American option dan European option. American option merupakan suatu tipe opsi yang mengizinkan pemilik dari opsi untuk meng-exercise opsi tersebut kapan saja baik sebelum jatuh tempo maupun pada saat jatuh tempo. Sedangkan, European option mengizinkan pemilik dari opsi untuk meng-exercise opsi hanya pada saat jatuh tempo (Sawidji Widioatmodjo, 2005: 163).
Opsi saham (stock option) merupakan salah satu produk derivatif yang banyak diperdagangkan di negara-negara yang pada umumnya memiliki kondisi pasar modal yang sudah maju. Hal ini dikarenakan adanya beberapa manfaat yang didapatkan yaitu sebagai alat manajemen resiko ( pemodal yang memiliki put option atas suatu underlying asset dapat melakukan hedging melalui penundaan penjualan saham yang dimilikinya bila harga underlying asset-nya turun dratis secara tiba-tiba, sehingga dapat menghindari resiko kerugian), memberikan waktu yang fleksibel (untuk option tipe amerika dimana pemegang call maupun put option dapat menetukan apakah akan melaksanakan haknya atau tidak hingga masa jatuh tempo berakhir), menyediakan sarana spekulasi (para pemodal dapat memperoleh keuntungan jika dapat memperkirakan harga naik dengan mempertimbangkan membeli call option, dan sebaliknya bila memperkirakan harga cenderung turun dapat mempertimbangkan untuk membeli put option), leverage (memberikan hasil investasi yang lebih besar dibandingkan dengan bila menanam dananya pada saham),  diversifikasi (dengan melakukan perdagangan option dapat memberikan kesempatan kepada pemodal untuk melakukan diversifikasi portofolio untuk tujuan memperkecil resiko investasi portofolio), penambahan pendapatan (pemodal yang memiliki saham dapat memperoleh tambahan pemasukan selain dari deviden, yaitu dengan menerbitkan call option atas saham mereka). (Bapepam:2003).  
Ada lima faktor yang mempengaruhi nilai opsi antara lain :
1. Nilai dari underlying asset; semakin besar harga dari underlying asset maka semakin besar nilai dari opsi call
2. Harga exercise, semakin rendah harga stike maka semakin besar nilai dari opsi call
3. Nilai waktu uang, opsi call merupakan hak untuk membeli aset suatu waktu di masa depan. Dan dikarenakan opsi merupakan pembelian di masa depan maka semakin besar biaya kesempatan, akan semakin besar pula nilai opsi
4. Volatilitas yang diharapkan, semakin besar volatilitas dari nilai underlying asset maka akan semakin besar pula nilai dari opsi saham
5. Time to maturity (periode waktu jatuh tempo), semakin lama masa waktu jatuh tempo maka akan semakin besar nilai opsi (Fabozzi, 2003: 24).
Penelitian Terdahulu
Peneliti : Ang, Clifford S dan Daniel Vincent H. Borja (2003)

Judul : Executive Stock Options, Stock Price Volality, and Agency Costs in the Phillipine Setting. The Philipine Review of Economics. Vol.XL.No.2

Pembahasan : Pada hakikatnya nilai dari pemegang opsi (option holder) akan meningkat ketika volatilitas dari saham sebagai underlying asset-nya meningkat pula. Keberadaan executive stock options secara signifikan mempengaruhi volatilitas dari return saham perusahaan.
Obyek Penelitian
Pengaruh harga saham, strike price, waktu jatuh tempo, volatilitas, dan suku bunga bebas risiko.
Hipotesis
Harga saham, harga strike, time to maturity, volatilitas dan risk-free interest rate secara simultan atau secara bersama-sama signifikan positif mempengaruhi harga opsi beli maupun harga opsi jual saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2008
Metodologi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah terkait opsi saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, BI Rate terkait transaksi opsi saham selama tahun 2007 – 2008, yaitu periode mulai ditransaksikan kembali kontrak opsi saham setelah sempat terhenti sejak tahun 2004.
Penelitian ini menggunakan data sensus transaksi saham yang terjadi pada di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007 – 2008 (saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia).
Sampel dalam penelitian ini terdapat empat saham perusahaan yang tercatat dalam seluruh kontrak opsi saham di BEI pada periode tersebut yakni PT Astra Internasional Tbk (ASII), PT Telekomunkasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Bank Asia Central Tbk (BBCA).
Hasil dan Pembahasan
Harga saham, harga strike, time to maturity, volatilitas dan risk-free interest rate secara bersama-sama signifikan positif mempengaruhi harga opsi saham baik itu harga opsi beli maupun harga opsi jual di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2008 saat pasar opsi masih berlangsung. Hasil penelitian ini menjawab sebagian harga opsi yang dikemukakan Bodie, Kane, Marcus (2002) bahwa harga saham, harga strike, volatilitas, time to maturity dan interest rate merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi harga opsi. Karena ternyata pengaruhnya hanya sebesar 32,66%(opsi beli) dan 54,09% (opsi jual). Di pasar opsi BEI harga opsi masih dipengaruhi oleh faktor lain seperti harga underlying asset, harga strike, waktu jatuh tempo, volatilitas dan tingkat suku bunga (Lee Lowell, 2007). Berdasarkan teori yang ada, menunjukkan bahwa hasil pengujian sesuai dengan teori yang ada, yaitu harga saham, harga strike, time to maturity, volatilitas dan risk-free interest rate secara bersama-sama signifikan positif mempengaruhi harga opsi saham di Bursa Efek Indonesia. Harga saham tidak signifikan mempengaruhi harga opsi beli di Bursa Efek Indonesia. Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian Benjamin Blau dan Chip Wade (2013) bahwa harga opsi kurang menyediakan informasi mengenai harga saham di masa yang akan datang.Muravyev, Pearson dan Broussard (2013)juga mengatakan bahwa harga opsi tidak memiliki informasi yang signifikan mengenai harga saham di masa mendatang di balik apa yang tercermin pada harga saham saat ini. Sehingga harga saham tidak bisa digunakan sebagai patokan untuk penentuan harga opsi di Indonesia, khususnya pada harga opsi beli. Hal ini terlihat dari data harga saham pada harga opsi beli yang rata-rata out of money sehingga investor mengalami kerugian pada saat meng-exercisenya. Akan tetapi berbeda dengan harga opsi jual, hasil pengujian menghasilkan bahwa harga saham signifikan negatif mempengaruhi harga opsi jual di Bursa Efek Indonesia. Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amin, Coval, and Seyhun (2002) yang mengatakan bahwa harga saham memiliki pengaruh terhadap harga indeks opsi. Di dukung oleh Mossin (1969) yang mencatat bahwa terdapat interaksi antara saham dan opsi. Hal ini juga didukung oleh data harga saham pada harga opsi jual di Indonesia yang rata-rata in the money, kondisi harga strike jauh di atas harga saham sehingga menguntungkan investor yang mengeksekusi kontrak opsinya.  Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh penulis, diketahui bahwa harga strike tidak signifikan mempengaruhi harga opsi beli di Bursa Efek Indonesia. Hasil pengujian ini tidak sesuai dengan penelitian Alghalith, Floros dan Poufinas (2014) yang mengatakan dalam menemukan simplified option pricing formulas, harga opsi ditentukan oleh salah satu faktor dari underlying asset yaitu strike price. Hal ini bisa dijelaskan dengan kasus yang sama dengan harga saham pada harga opsi beli di Indonesia, yang rata-rata berada di kondisi out of the money, saat harga strike di atas harga saham, sehingga merugikan pemegang kontrak opsi beli. Akan tetapi berbeda dengan harga opsi jual, hasil pengujian menunjukkan bahwa harga strike signifikan positif mempengaruhi harga opsi jual di Bursa Efek Indonesia. Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian Alghalith, Floros dan Poufinas (2014) bahwa harga strike merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga opsi, khususnya harga opsi jual pada kasus ini. hal ini dikarenakan dalam penentuan harga opsi yang sesuai dengan market demand  harus memperhatikan berapa harga strike yang disepakati dalam suatu opsi. Investor akan membeli opsi dengan harga strike yang menguntungkan untuk di-exercise. Data harga opsi jual memiliki harga strike yang rata-rata in the money sehingga menguntungkan pemegang kontrak opsi jual.
Harga saham, harga strike, time to maturity, volatilitas dan risk-free interest rate secara bersama-sama signifikan positif mempengaruhi harga opsi saham baik itu harga opsi beli maupun harga opsi jual di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2008 saat pasar opsi masih berlangsung. Harga saham tidak signifikan mempengaruhi harga opsi beli di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh penulis, diketahui bahwa harga strike tidak signifikan mempengaruhi harga opsi beli di Bursa Efek Indonesia, time to maturitytidak signifikan positif mempengaruhi harga opsi saham di Bursa Efek Indonesia, volatilitas harga saham tidak signifikan mempengaruhi harga opsi saham di Bursa Efek Indonesia, bahwarisk-free interest rate tidak signifikan mempengaruhi harga opsi saham di Bursa Efek Indonesia.


Teori
Options (Opsi) adalah suatu kontrak yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli (call options) atau menjual (put optionsunderlying assets pada harga tertentu yang ditetapkan sekarang (strike/exercise price atau harga patokan/tebus), untuk penyerahan pada waktu tertentu di masa yang akan datang (expiration date).
·           Opsi jual (put options) : opsi yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk menjual saham tertentu pada jumlah, waktu dan harga yang telah ditentukan Pemegang put option akan berharap agar harga pasar saham pada saat jatuh tempo berada di bawah harga yang telah disepakati dlm kontrak, shg memperoleh keuntungan dari penurunan harga tersebut.
·           Opsi beli (call options) : opsi yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham dalam jumlah tertentu pada waktu dan harga yang telah ditetapkan Investor yang membeli call option akan berharap harga saham akan naik shg memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham tersebut
Pihak-pihak yang terlibat dalam opsi adalah para investor dengan investor lainnya, dan tidak melibatkan perusahaan penerbit sekuritas saham (emiten) yang dijadikan opsi. Opsi diterbitkan oleh investor untuk dijual kepada investor lainnya, sehingga perusahaan yang merupakan emiten dari saham yang dijadikan patokan tersebut tidak mempunyai kepentingan dalam transaksi opsi tersebut. 
Komponen-komponen opsi seperti berikut :
1.      Kontrak resmi
                Opsi merupakan sebuah kontrak antara dua pihak dimana pihak yang membeli kontrak disebut taker mempunyai hak namun bukan kewajiban untuk membeli atau menjual sejumlah tertentu instrumen yang menjadi dasar dari kontrak tersebut, misalnya saham.
2.      Hak
                Call option memberikan hak (bukan kewajiban) kepada taker untuk membeli sejumlah tertentu dari sebuah instrumen yang menjadi dasar kontrak tersebut. Sebaliknya, put option memberikan hak (bukan kewajiban) kepada taker untuk menjual sejumlah tertentu dari sebuah instrumen yang menjadi dasar kontrak tersebut.
                Penjual  (Call Option), wajib untuk menyerahkan atau menjual saham acuan dimaksud kepada pembeli call option karena telah menerima premium (harga call option) dari pembeli call option tersebut.
                Penjual (Put Option), wajib untuk membeli saham acuan dimaksud kepada pembeli put option karena telah menerima premium (harga put option) dari pembeli put option tersebut.
3.      Aset Dasar (Underlying Assets)
                Aset Dasar (Underlying Assets) merupakan aset yang mendasari apa yang diperjualbelikan dalam transaksi opsi. Aset dasar ini berupa saham, obligasi, komoditi dan lain-lain.
4.      Harga Perjanjian (exercise/strike price)
                Exercise price atau sering disebut dengan strike price merupakan harga yang telah disepakati dalam kontrak opsi tersebut
5.      Jangka Waktu Tertentu (expiration date)
                Expiration date atau waktu jatuh tempo merupakan waktu yang disepakati untuk transaksi opsi dapat dilaksanakan. Jika taker melaksanakan haknya untuk membeli atau menjual maka dikenal dengan nama exercise.

Rekomendasi dari jurnal tersebut
Pembahasan pada jurnal ini sudah lengkap namun penataan dari jurnal ini tidak ada klasifikasi-klasifikasi tertentu semua diletakkan di latar belakang sehingga membuat kebingungan para pembaca dan pada hipotesis sebaiknya penelitian lebih menjabarkan secara detail per variablenya agar mudah dipahami untuk penelitian selanjutnya.


REVIEW JURNAL ANALISIS FUTURE


Judul
ANALISIS KONTRAK BERJANGKA OLEIN DI BURSA BERJANGKA  JAKARTA
Tahun
2011
Penulis
1.       Andam Dewi
2.       Hermanto Siregar
3.       Sri Hartoyo
4.       Adler H. Manurung
Jurnal
Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 8 No. 1 Maret 2011
Keyword
Bursa Berjangka Jakarta, Hipotesis Pasar Efisien, ARIMA, GARCH
Reviewer
Suci Hari Rahmasari
Tanggal
29 April 2020
Dosen Pengampu
Muhammad Nanang Chairuddin, SE., ME


Latar Belakang
Pergerakan harga di sebuah pasar berjangka dapat menjadi tolak ukur tingkat efisien dan tingkat likuiditas pasar berjangka tersebut. Pasar berjangka komoditi yang efisien dapat menghasilkan sinyal-sinyal harga yang efektif untuk pasar spot dan menghilangkan kemungkinan bahwa laba dapat dijamin sebagai bagian dari proses perdagangan (trading). Harga-harga ini merefleksikan nilai keseimbangan kebutuhan penawaran dan permintaan di pasar. Untuk prosesor atau pemasaran, pasar berjangka komoditi menghasilkan prediksi harga spot dimasa mendatang yang cukup dapat diandalkan secara efektif untuk keperluan pengelolaan risiko mereka dalam proses produksi atau pemasaran 
Kontrak berjangka Olein. Olein dikenal sebagai minyak goreng yang merupakan hasil dari proses pengolahan CPO (Crude Palm Oil). CPO dihasilkan dari tandan buah segar pohon Kelapa Sawit diperdagangkan secara Internasional dan merupakan subsitusi dari minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai. Dengan diperdagangkan CPO secara Internasional, nilai tukar mata uang USD terhadap Rupiah mempengaruhi pergerakan harga CPO di Indonesia. Semakin pentingnya kedudukan minyak kelapa sawit (CPO) sebagai bahan baku minyak goreng di satu pihak dan perolehan devisa di lain pihak menyebabkan pemerintah dihadapkan pada pilihan yang sulit antara kepentingan untuk menjaga harga minyak goreng sebagai salah satu bahan pokok atau kepentingan meningkatkan perolehan devisa.
Variabel makro ekonomi juga mempengaruhi pergerakan harga kontrak berjangka Olein yaitu tingkat suku bunga SBI karena SBI meupakan salah satu instrumen keuangan yang digunakan pemerintah untuk membantu mengontrol pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang Dollar (USD)
Penelitian Terdahulu
Peneliti : Xing Liu (2009)

Judul : Testing Market Efficiency of Crude Palm Oil Futures to European Participants

Pembahasan : Pasar efisien sangat populer baik secara teoritis maupun secara riset empiris dalam konteks, baik aset keuangan ataupun komoiditi. Berbagai pasar berjangka telah diuji selama tahun terakhir ini, namun semua studi-studi hanya berfokus pada pasar komoditi yang sudah berkembang seperti CBOTdan NYMEX untuk produk komoditi yang mempunyai hubungan.

Peneliti : Miclaus et al (2008)

Judul : Testing The Efficiency of The European Carbon Futures Market Using Event Study Methdology

Pembahasan : Pasar Carbon berjangka tidak efisienmembuktikan bahwa pengembalian di masa lalu bereaksi terhadap adanya pengumuman VER namun ekspektasi yang dibangun telah berfungsi dengan benar semnjak investor mampu memprediksi dinamika-dinamika pasar. 
Obyek Penelitian
Harga Kontrak Olein, Faktor-faktor yang mempengaruhi Olein, Tingkat Suku Bunga SBI.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari tanggal 28 Desember 2001 sampai dengan 15 Desember 2009 yang diperoleh dari berbagai sumber.
Hasil dan Pembahasan
Pengujian terhadap return kontrak berjangka olein membuktikan bahwa terdapat penolakan terhadap EMH bentuk lemah minimal dalam bentuk random walk. Hal lain yang dipandang menentukan EMH bentuk lemah adalah time hoizon dari variabel yang diuji apabila data mingguan yang dalam penelitian ini dianggap sebagai short horizon maka pengujian terhadap data bulanan atau bahkan tahunan mungkin mencerminkan pandangan yang berbeda. Persamaan return kontrak berjangka Olein dipengaruhi oleh secara bersama-sama tingkat suku bungan Indonesia (SBI), return nilai tukar USD/Rp dan return CPO sebesar 66%. Sisanya sebesar 34% keragaman return kontrak berjangka Olein dijelaskan oleh variabel lain selain variabel yang digunakan dalam model ini. Variabel lain dapat diindikasikan oleh faktor musim, faktor makro ekonomi luar negeri dan faktor psikologis investor. Variabel yang paling besar mempengaruhi return kontrak berjangka Olein adalah variabel return nilai tukar USD/Rp.  


Teori
                Pasar yang efisien adalah pasar dimana harga-harga selalu merefleksikan secara penuh informasi yang tersedia dan dimana tidak ada satupun pedagang-pedagang dipasar yang dapat membuat profit dengan memonopoli informasi yang terkontrol (Fama, 1970). Untuk prosesor atau pemasaran, pasar berjangka komoditi menghasilkan prediksi harga spot dimasa mendatang yang cukup dapat diandalkan secara efektif untuk keperluan pengelolaan risiko mereka dalam proses produksi atau pemasaran 
                Refined Bleached Deodorized Palm  Olein (RBD  Palm  Olein)  atau  yang lebih    dikenal    minyak    goreng  (yang selanjutnya disebut olein) merupakan salah satu produk olahan kelapa sawit. Komoditi ini  telah  mengalami  proses  industri  yaitu proses  pembentukan  dari  buah  menjadi minyak sehingga mempunyai nilai tambah. Sebagai  salah  satu  produk  turunan  dari kelapa    sawit,    produksi    olein    sangat tergantung   dari   produksi   kelapa   sawit. RBD Palm Olein dijual sebagai minyak goreng. Minyak sawit RBD laris di seluruh dunia sebagai komoditas bahan baku industri.
                Menurut Gujarati (2007), Perubahan  harga  olein  Indonesia dapat  dipengaruhi  berbagai  macam  faktor seperti  nilai  tukar,  suku  bunga,  jumlah uang  beredar,  harga  minyak  bumi,  harga CPO  dunia,  dan  GDP. Menurut Aji (2010), secara historis kawasan Eropa terutama Belanda merupakan    konsumen    CPO    Indonesia sejak   jaman   penjajahan   Belanda.   Oleh karena   itu,   wajar   apabila   harga   CPO Indonesia  masih  mengacu  ke  harga  CPO Rotterdam.
                Menurut GAPKI (2014), terjadi peningkatan  produksi  olein  sebesar  107,5 persen  dari  tahun  2002  sampai  dengan 2013 dan terjadi perubahan pola konsumsi dimana  konsumsi  olein  untuk  kebutuhan dalam    negeri    sekitar    61    persen    dan konsumsi  olein  untuk  ekspor  sekitar  39 persen  pada  tahun  2002  sedangkan  pada tahun 2013, 65 persen konsumsi ditujukan untuk   ekspor   dan   35   persen   ditujukan untuk konsumsi dalam negeri.

Rekomendasi dari jurnal tersebut
Jurnal penelitian ini belum begitu lengkap sebaiknya unuk penelitian selanjutnya secara lengkap, bisa ditambahi teori-teorinya, hipotesis. Untuk metodologi penelitiannya juga tidak begitu lengkap.




DAFTAR PUSTAKA

Bappebti  [Badan  Pengawas  Perdagangan Berjangka Komoditi]. 2009-2014. Annual Report 2009-               2014. Jakarta (ID): Kementerian Perdagangan
Bapepam. (2011). Volatilitas Pasar Modal Indonesia dan Perekonomian Dunia
Fabozzi, Frank. J. (2000). Manajemen Investasi. Jakarta : Salemba Empat
Gujarati D. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Mulyadi JA, penerjemah: Saat S dan Hardani, editor.           Jakarta   (ID):   Erlangga.   Terjemahan dari: Essentials of Econometrics
Hariyanto. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Domestik Minyak Sawit (CPO) di Indonesia Tahun 1980-2007. Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen            IPB.Bogor
Siopsis, Angelos dan Katerina Lyroundi. 2007. The Effect of Derivatives Trading on Stock Market          Volatility : The Case of the Athens Stock.  
Skinner, D.J. 1989. Options Markets and Stock Return Volatility. Journal of Financial Economics. No.         23. Hal. 61-78. 
Stout, Lynn A. (1996). Derivative Trading in A World of Risk and Uncertainty. Brookings Review.             Vol.14. No. 1. Hal. 38-41.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio Dan Investasi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Kanisisus

Link Jurnal 1 : https://journal.untar.ac.id/index.php/jmieb/article/view/1001/3116 diakses pada tanggal 29 April 2020
Link Jurnal 2 : https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jmagr/article/view/3366 diakses pada tanggal 29 April 2020


2 komentar:

Review Jurnal Analisis Opsi dan Future Nama / NIM : Yuni Mega Lestari / 17510175 Mata Kuliah : Analisis Sekuritas Dosen Mata Kuliah ...