Resume Analisis Regresi Berganda Menggunakan SPSS 20
(Pengaruh Working Capital Turnover dan Total Asset Turnover Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Perusahaan di BEI)
Nama/NIM : Kharisatun Niswah/18510114
Mata Kuliah : Statistik II
Dosen : M. Nanang Choiruddin,SE.,MM
Analisis regresi linier ganda merupakan alat
analisis peramalan nilai pengaruh antara dua variabela bebas atau lebih (X) terhadap
satu variabel terikat (Y) dalam rangka membuktikan ada tidaknya hubungan
fungsional atau kausal antara dua variabel bebas atau lebih (X) tersebut
terhadap satu variabel terikat (Y). Analisis regresi linier berganda
memberikan kemudahan bagi pengguna untuk memasukkan lebih dari satu variabel
bebas hingga k dimana banyaknya k kurang dari jumlah observasi
(n).
Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen
berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel
dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Variabel
independen (independent variable) adalah tipe variabel yang
menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel dependen (dependent
variable) adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen.
Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Paradigma analisis regresi linier ganda dapat
digambarkan atau ilustrasikan pada gambar berikut:
Regresi Linier Berganda yang akan disimulasikan pada bagian ini
menggunakan pendekatan
Ordinary
Least Squares (OLS). Penjelasan akan dibagi menjadi 4 (empat) tahapan, yaitu:
1. Persiapan Data (Tabulasi Data)
Persiapan data dimaksudkan untuk melakukan input data ke dalam software
SPSS.
2. Estimasi Model Regresi Linier
(Berganda)
Setelah data di-input kedalam software SPSS, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi (pendugaan) model (persamaan)
regresi linier.
3. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan setelah model regresi
diestimasi, bukan sebelum model diestimasi. Tidak mungkin pengujian asumsi
klasik dilakukan sebelum model regresi diestimasi, karena pengujian asumsi
klasik yang meliputi normalitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi
membutuhkan data residual model yang didapat setelah model terbentuk. Apabila
model yang terbentuk tidak memenuhi asumsi klasik yang disyaratkan, maka
dibutuhkan modifikasi/transformasi/penyembuhan terhadap data ataupun model
regresi.
4 4. Uji Kelayakan Model (Goodness of
Fit Model)
·
Uji Keterandalan Model (Uji F)
Merupakan
tahapan awal mengidentifikasi model regresi yang diestimasi layak atau tidak.
Layak (andal) disini maksudnya adalah model yang diestimasi layak digunakan
untuk menjelaskan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.
·
Uji Koefisien Regresi (Uji t)
Uji t dalam regresi linier berganda
dimaksudkan untuk menguji apakah parameter (koefisien regresi dan konstanta)
yang diduga untuk mengestimasi persamaan/model regresi linier berganda
merupakan parameter yang tepat atau belum. Maksud dari tepat adalah parameter
tersebut mampu menjelaskan perilaku variabel bebas dalam mempengaruhi variabel
terikatnya.
·
Koefisien Determinasi
Menjelaskan variasi pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikatnya atau sebagai proporsi pengaruh seluruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi dapat
diukur oleh nilai Rsquare atau Adjusted R-Square. R-Square digunakan
pada saat variabel bebas hanya 1 saja (Regresi Linier Sederhana), sedangkan Adjusted
R-Square digunakan pada saat variabel bebas lebih dari satu.
5 5. Intepretasi Model Regresi Linier
(Berganda)
Interpretasi
yang dilakukan terhadap koefisien regresi meliputi dua hal, tanda dan besaran.
Tanda menunjukkan arah hubungan. Tanda dapat bernilai positif atau
negatif. Positif menunjukkan pengaruh yang searah antara variabel bebas
terhadap variabel terikat, sedangkan negatif menunjukkan pengaruh yang
berlawanan arah. Searah maksudnya adalah, apabila variabel bebas
mengalami kenaikan maka variabel terikat akan mengalami hal yang sama.
Sedangkan apabila variabel bebas mengalami penurunan maka akan berdampak kepada
variabel terikat juga. Berlawan arah maksudnya apabila variabel bebas
mengalami kenaikan maka variabel terikat akan mengalami hal yang sebaliknya
yaitu penurunan. Sebaliknya, apabila variabel bebas mengalami penurunan maka variabel
terikat akan mengalami peningkatan. Sedangkan besaran menjelaskan
nominal slope persamaan regresi.
Contoh Studi Kasus Pada Perusahaan di
BEI
Seorang mahasiswa jurusan akuntansi melakukan penelitian tentang pengaruh Working capital turnover dan Total asset turnover terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan di BEI. variabel Working capital turnover dan Total asset turnover sebagai variabel independen (X1 dan X2) dan rentabilitas ekonomi sebagai variabel dependen (Y). Data-data yang diperoleh yakni sebagai berikut:
Hasil Output SPSS yakni sebagai berikut:
Output Variables Entered/Removed
Dari
output dapat dilihat bahwa variabel independen yang dimasukkan ke dalam model
adalah Total asset turn over dan Working capital turnover, dan variabel
dependennya adalah Rentabilitas ekonomi. Dan tidak ada variabel yang
dikeluarkan (removed). Sedangkan metode regresi menggunakan Enter.
Output Model Summary
R adalah korelasi
berganda, yaitu korelasi antara dua atau lebih variabel independen terhadap
variabel dependen. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, jika mendekati 1 maka
hubungan semakin erat tetapi jika mendekati 0 maka hubungan semakin lemah. Angka
R didapat 0.772, artinya korelasi antara variabel Total asset turn over dan
Working terhadap rentabilitas ekonomi sebesar 0.772, hal ini berarti terjadi
hubungan yang erat karena nilai mendekati 1.
R Square (R2),
yaitu menunjukkan koefisien determinasi. Artinya persentase sumbangan pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R2 sebesar 0.596,
artinya persentase sumbangan pengaruh variabel Total asset turn over dan
Working terhadap rentabilitas ekonomi sebesar 59.6%, sedangkan sisanya sebesar
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini.
Adjusted R Square, adalah
R Square yang telah disesuaikan, nilai sebesar 0.529. Ini menunjukkan sumbangan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Standard Error of the Estimate, adalah
ukuran kesalahan prediksi, nilai sebesar 0.03934. Artinya kesalahan yang dapat
terjadi dalam memprediksi rentabilitas ekonomi sebesar 0.03934.
Durbin-Watson, yaitu nilai
yang menunjukkan ada atau tidaknya autokorelasi dalam model regresi. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Untuk mendeteksi ada
atau tidaknya autokorelasi maka nilai DW akan dibandingkan dengan DW tabel,
dengan kriteria sebagai berikut:
- Jika DW < dL atau DW
> 4-dL berarti terdapat autokorelasi.
- Jika DW terletak antara dU
dan 4-dU berarti tidak ada autokorelasi.
- Jika DW terletak antara dL
dan dU atau diantara 4-dU dan 4-dL, maka tidak menghasilkan kesimpulan yang
pasti.
Nilai DW dari output
didapat 1.613. Untuk nilai dL dan dU dapat dilihat pada DW tabel pada
Signifikansi 0.05 dengan n (jumlah data) = 15 dan k (jumlah variabel independen)
= 2 didapat nilai dL adalah 0.946 dan dU adalah 1.543, jadi nilai 4-dU=2.457
dan 4-dL=3.054. Hal ini berarti nilai DW (1.613) berada pada daerah antara dU dan
4-U, maka tidak ada autokorelasi.
Output ANOVA
Analisis varian yaitu uji koefisien regresi secara bersama-sama (uji F) untuk menguji signifikansi pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian menggunakan tingkat signfikansi 0.05. Langkah-langkah uji F adalah sebagai berikut:
Analisis varian yaitu uji koefisien regresi secara bersama-sama (uji F) untuk menguji signifikansi pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian menggunakan tingkat signfikansi 0.05. Langkah-langkah uji F adalah sebagai berikut:
1.
Merumuskan Hipotesis
Ho
: Working capital turnover dan Total
asset turnover secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap rentabilitas
ekonomi.
Ha
: Working capital turnover dan Total asset turnover secara bersama-sama
berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi.
2.
Menentukan F hitung dan
nilai Signifikansi
Dari output diperoleh F hitung sebesar 8.864
dan nilai signifikansi sebesar 0.004.
3.
Menentukan F tabel
F tabel pada tingkat signifikansi
0.05 dengan df 1 (jumlah variabel–1) = 2, dan df 2 (n-k-1) atau 15-2-1 = 12 (n
adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen), hasil diperoleh
untuk F tabel sebesar 3.885.
4.
Kriteria pengujian
·
Jika F hitung < F tabel
maka Ho diterima
·
Jika F hitung > F tabel
maka Ho ditolak
F hitung > F tabel (8,864 > 3,885) dan Signifikansi <
0,05 (0,004 < 0,05) maka Ho ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa Working
capital turnover dan Total asset turnover secara bersama-sama berpengaruh
terhadap rentabilitas ekonomi.
Output Coefficients
· Unstandardized
Coefficients adalah nilai koefisien yang tidak terstandarisasi, nilai ini
menggunakan satuan yang digunakan pada data variabel dependen. Koefisien B
terdiri nilai konstan (harga Y, jika X1 dan X2 = 0) dan
koefisien regresi (nilai yang menunjukkan peningkatan atau penurunan variabel Y
yang didasarkan variabel X1 dan X2).
· Standard Error adalah
nilai maksimum kesalahan dalam memperkirakan rata-rata populasi berdasar
sampel. Nilai ini untuk mencari t hitung.
· Standardized Coefficients,
yakni nilai koefisien yang terstandarisasi atau ada patokan tertentu, jika
mendekati 0 maka hubungan antara variabel X dengan Y semakin lemah.
· t hitung adalah
pengujian signifikansi untuk mengetahui pengaruh variabel X1 dan X2
terhadap Y secara parsial, apakah berpengaruh signifikan atau tidak. Untuk
mengetahui hasil signifikansi, angka t hitung akan dibandingkan dengan t tabel.
· Signifikansi yaitu
besarnya probabilitas untuk memperoleh kesalahan dalam mengambil keputusan.
Jika tingkat signifikansi 0.05, maka peluang kesalahan maksimal 5% dan 95%
keputusan adalah benar.
· Collinearity Statistics
adalah angka yang menunjukkan ada atau tidaknya hubungan linear secara sempurna
atau mendekati sempurna antar variabel independen dalam model regresi. Asumsi
klasik yang digunakan pada model regresi linier berganda yaitu bahwa tidak
adanya multikolinearitas antar variabel independen.
Variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari
nilai tolerance yang lebih kecil dari 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar dari
nilai 10 (Hair et al. 1992). Dari output di dapat nilai tolerance lebih dari
0,1 dan VIF kurang dari 10, sehingga tidak terjadi multikolinearitas.
Persamaan
regresi linier berganda dengan 2 variabel independen adalah sebagai berikut:
Y’
= a + b1X1 + b2X2
Keterangan:
Y’
: Nilai prediksi variabel
dependen (Rentabilitas ekonomi)
a
: Konstanta, yaitu nilai Y’
jika X1 dan X2 = 0
b1,b2 : Koefisien regresi, yaitu nilai
peningkatan atau penurunan variabel Y’ yang didasarkan variabel X1
dan X2
X1
: Variabel independen (Working
capital turnover)
X2
: Variabel independen (Total
asset turnover)
Nilai-nilai pada output
kemudian dimasukkan ke dalam persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y’ = 0.002 + 0.031X1
+ 0.098X2
-
Nilai konstanta (a) adalah
0.002. hal ini dapat diartikan jika variabel independen bernilai 0, maka rentabilitas
ekonomi nilainya 0.002.
- Nilai koefisien regresi
variabel Working capital turnover (b1) bernilai positif yaitu 0.031.
Artinya setiap peningkatan Working capital turnover sebesar 1 satuan, maka akan
meningkatkan rentabilitas ekonomi sebesar 0.031 satuan dengan asumsi variabel
independen lain bernilai tetap.
- Nilai koefisien regresi
variabel Total asset turnover (b2) bernilai positif yaitu 0.48. Artinya
setiap peningkatan Total asset turnover sebesar 1 satuan, maka akan
meningkatkan rentabilitas ekonomi sebesar 0.048 satuan dengan asumsi variabel
independen lain bernilai tetap.
Uji t
Digunakan untuk mengetahui
apakah secara parsial Working capital turnover dan Total asset turnover
berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap rentabilitas ekonomi.
Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0.05 dan 2 sisi. Langkah-langkah
pengujian sebagai berikut:
v
Pengujian koefisien
variabel Working capital turnover (b1)
1.
Merumuskan hipotesis
Ho
:Working capital turnover secara parsial tidak berpengaruh terhadap
rentabilitas ekonomi
Ha :Working capital turnover secara parsial
berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi
2.
Menentukan t hitung dan
Nilai Signifikansi
Dari output di dapat t hitung sebesar 3.006 dan Signifikansi 0.011
3.
Menentukan t tabel
T tabel dapat dilihat pada
tabel statistik pada signifikansi 0.05 dibagi 2 = 0.025 dengan derajat
kebebasan df = n-k-1 atau 15-2-1 = 12, hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2.179
4.
Kriteria Pengujian
Jika -t tabel < t
hitung < t tabel maka Ho diterima
Jika -t hitung < -t
tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak.
5.
Berdasar Signifikansi:
Jika Signifikansi > 0.05 maka Ho diterima.
Jika Signifikansi < 0.05 maka Ho ditolak.
6.
Membuat kesimpulan
Nilai t hitung > t tabel (3.006 > 2.179) dan Signifikansi
< 0.05 (0.011 < 0.05) maka Ho ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa
Working capital turnover secara parsial berpengaruh terhadap rentabilitas
ekonomi. Nilai t hitung positif artinya berpengaruh positif, yaitu jika Working
capital turnover meningkat maka rentabilitas ekonomi juga akan meningkat.
v
Pengujian koefisien
variabel Total asset turnover (b2)
1.
Merumuskan hipotesis
Ho : Total asset turnover
secara parsial tidak berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi.
Ha : Total asset turnover
secara parsial berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi.
2.
Menentukan t hitung dan
nilai Signifikansi
Dari output di dapat t hitung sebesar 0.386 dan Signifikansi 0.706
3.
Menentukan t tabel
T tabel dapat dilihat pada tabel statistik pada signifikansi 0.05
/2 = 0.025 dengan derajat kebebasan df = n-k-1 atau 15-2-1 = 12, hasil diperoleh
untuk t tabel sebesar 2.179.
4.
Kriteria Pengujian
Jika
-t tabel < t hitung < t tabel maka Ho diterima.
Jika
-t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak.
5. Berdasar Signifikansi:
Jika
Signifikansi > 0,05 maka Ho diterima.
Jika
Signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak.
6.
Membuat kesimpulan
Nilai t hitung < t tabel (0.386 < 2.179) dan Signifikansi
> 0.05 (0.706 > 0.05) maka Ho ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa Total
asset turnover secara parsial tidak berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi.
Uji Asumsi Klasik Regresi
a.
Uji Normalitas Residual
Uji normalitas residual digunakan
untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan terdistribusi secara normal
atau tidak. Dari Grafik, dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar sekitar
garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai residual tersebut normal.
b.
Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas artinya variabel independen memiliki hubungan
linear yang sempurna atau mendekati sempurna. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna. Cara untuk mengetahui ada atau
tidaknya gejala multikoliniearitas antara lain dengan melihat nilai Variance
Inflation Factor (VIF) dan Tolerance, apabila nilai VIF kurang dari 10 dan
Tolerance lebih dari 0,1 maka dinyatakan tidak terjadi multikoliniearitas
(Ghozali, 2011). Dari output dapat dilihat bahwa nilai Tolerance ke dua variabel
lebih dari 0.100 dan VIF kurang dari 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel
bebas.
c.
Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi
yang disusun menurut waktu atau tempat. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi autokorelasi. Nilai DW dari output didapat 1.613. Untuk nilai dL dan dU dapat dilihat pada DW tabel pada Signifikansi 0.05 dengan n (jumlah data) = 15 dan k (jumlah variabel independen) = 2 didapat nilai dL adalah 0.946 dan dU adalah 1.543, jadi nilai 4-dU=2.457 dan 4-dL=3.054. Hal ini berarti nilai DW (1.613) berada pada daerah antara dU dan 4-U, maka tidak ada autokorelasi.
d.
Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas adalah
varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi.
Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Dasar
kriterianya dalam pengambilan keputusan yaitu:
- Jika ada pola tertentu,
seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi
heteroskedastisitas.
- Jika tidak ada pola yang jelas,
seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Dari output dapat diketahui bahwa
titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas dalam model regresi.
DAFTAR PUSTAKA
Dirnaeni, Desti.Analisis Regresi Berganda. hlm
27
Iqbal, Muhammad.Pengolahan Data dengan Regresi
Linier Berganda (dengan SPSS). hlm 1
Janie, Dyah Nurmala Arum.2012.Statistik
Deskriptif & Regresi Linier Berganda dengan SPSS. Semarang: Semarang
University Press. hlm 11-18
Lawendatu, Jamner R., John S. Kekenusa, dan Djoni
Hatidja.2014.Regresi Linier Berganda untuk Menganalisis Pendapatan Petani
Pala. JdC. 03 (01). hlm 67
Machali, Imam.2015.Statistik Itu Mudah.Yogyakarta:Lembaga
Ladang Kata. hlm 140
Mona, Margaretha G., John S. Kekenusa, dan Jantje
D. Prang.2015.Penggunaan Regresi Linier Berganda untuk Menganalisis
Pendapatan Petani Kelapa (Studi Kasus: Petani Kelapa di Desa Beo, Kecamatan
Beo, Kabupaten Talaud.JdC. 04 (02). hlm 197
Purnomo, Rochmat Aldy.2016.Analisis Statistik
Ekonomi dan Bisnis Dengan SPSS. Ponorogo:CV Wade Group. hlm 161-172
Setyawarno, Didik.Panduan Statistik Terapan
Untuk Penelitian Pendidikan. Bab III, Praktikum 7Resume ini dapat diakses melalui via google drive πππ
Makasi kak.. Sangat membantu
BalasHapusRingkas, padat, dan jelas. Terimakasih tulisannya sangat membantu saya mempelajari regresi berganda menggunakan spss :)
BalasHapusSangat jelas kak terimakasih
BalasHapusWahhh sangat bermanfaat sekalii materinyaa. Trimakasihh.....
BalasHapusWah sangat membantu terimakasih
BalasHapusTerimakasih sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih, materinya sangat bermanfaat
BalasHapusMateri yang dipaparkan cukup jelas, mudah dipahami, dan membuat saya lebih bisa mengimplementasikan materi ini. Terima kasih, terus berikan informasi yang bermanfaat untuk banyak orangππ
BalasHapus