REVIEW JURNAL ANALISIS OPSI
|
Judul Jurnal
|
Opsi Saham pada Pasar
Modal Di Indonesia (Studi Pasar Opsi Saat Pasar Opsi Masih Berlangsung Di
Bursa Efek Indonesia)
|
|
Penulis
|
Syanti Dewi dan Ishak
Ramli
|
|
Nama Jurnal
|
Jurnal Muara Ilmu
Ekonomi dan Bisnis Vol. 2, No. 2,
|
|
Tahun
|
Oktober 2018
|
|
Reviewer
|
Nimas Ratih Chandra
Dewi
|
|
NIM
|
17510122
|
|
Kelas
|
Analisis Sekuritas H
|
|
Dosen Pengampu
|
M. Nanang Choiruddin,
S.E., MM
|
|
Tujuan Penelitian
|
1)
Menguji
apakah harga saham, harga strike, time to maturity, volatilitas harga saham, risk-free
interest rate secara bersama-sama mempengaruhi harga opsi saham saat pasar
opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia.
2)
Menguji
apakah harga saham mempengaruhi harga opsi saham saat pasar opsi masih
berlangsung di Bursa Efek Indonesia.
3)
Menguji
apakah harga strike mempengaruhi harga opsi saham saat pasar opsi masih
berlangsung di Bursa Efek Indonesia.
4)
Menguji
apakah time to maturity mempengaruhi harga opsi saham saat pasar opsi masih
berlangsung di Bursa Efek Indonesia.
5)
Menguji
apakah volatilitas harga saham mempengaruhi harga opsi saham saat pasar opsi
masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia.
6)
Menguji
risk-free interest rate mempengaruhi harga opsi saham saat pasar opsi masih
berlangsung di Bursa Efek Indonesia.
|
|
Kajian Teori
|
1)
Pasar
opsi Merupakan suatu kesepakatan antara dua pihak yang mempunyai suatu nilai
tertentu yang ditetapkan berdasarkan
harga sesuatu yang lain (Mc.Donald, 2003).
2)
Berinvestasi
pada produk derivatif pada kenyataannya memang dapat memberikan keuntungan
yang besar, bahkan diperkirakan lebih besar dibandingkan dengan berinvestasi
di bursa saham (Jonckheere, 2008).
3)
Menurut
Walmsley (1998), terdapat empat kegunaan dari instrumen derivatif dalam
investasi bagi investor yaitu:
a)
pengalihan
risiko (risk tansfer);
b)
peningkatan
likuiditas (liquidity improvement);
c)
penciptaan
kredit (credit creation); dan
d)
penciptaan
ekuitas (equity creation).
|
|
Penelitian
Terdahulu
|
1)
Penelitian
Benjamin Blau dan Chip Wade (2013) bahwa harga opsi kurang menyediakan
informasi mengenai harga saham di masa yang akan datang. Muravyev, Pearson
dan Broussard (2013) juga mengatakan bahwa harga opsi tidak memiliki
informasi yang signifikan mengenai harga saham di masa mendatang di balik apa
yang tercermin pada harga saham saat ini.
2)
Penelitian
yang dilakukan oleh Amin, Coval, and Seyhun (2002) yang mengatakan bahwa
harga saham memiliki pengaruh terhadap harga indeks opsi.
3)
Di
dukung oleh Mossin (1969) yang mencatat bahwa terdapat interaksi antara saham
dan opsi. Hal ini juga didukung oleh data harga saham pada harga opsi jual di
Indonesia yang rata-rata in the money, kondisi harga strike jauh di atas
harga saham sehingga menguntungkan investor yang mengeksekusi kontrak
opsinya.
4)
Penelitian
Alghalith, Floros dan Poufinas (2014) bahwa harga strike merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi harga opsi, khususnya harga opsi jual pada kasus
ini. hal ini dikarenakan dalam penentuan harga opsi yang sesuai dengan market
demand harus memperhatikan berapa harga strike yang disepakati dalam suatu
opsi.
|
|
Lokasi Data
|
BEI
|
|
Teknik Pengumpulan
Data
|
Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah riset kepustakaan (library research)
yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Jakarta.
|
|
Populasi &
Sampel
|
Populasi
dalam penelitian ini adalah terkait opsi saham yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia, BI Rate terkait transaksi opsi saham selama tahun 2007 – 2008,
yaitu periode mulai ditransaksikan kembali kontrak opsi saham setelah sempat
terhenti sejak tahun 2004. Mengingat data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seluruh data transaksi opsi saham yang terjadi pada BEI, maka
penenelitian ini menggunakan data sensus transaksi saham yang terjadi pada di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2007 – 2008 (saat pasar opsi masih
berlangsung di Bursa Efek Indonesia). Hanya ada empat saham perusahaan yang
tercatat dalam seluruh kontrak opsi saham di BEI pada periode tersebut yakni
PT Astra Internasional Tbk (ASII), PT Telekomunkasi Indonesia Tbk (TLKM), PT
Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Bank Asia Central Tbk (BBCA).
|
|
Analisa Data
|
Analisis
Data menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda. Proses analisis data
dilakukan dengan menggunakan program Eviews 6.
|
|
Hasil Penelitian
|
Harga saham, harga strike, time to
maturity, volatilitas dan risk-free interest rate secara
bersama-sama signifikan positif mempengaruhi harga opsi saham baik itu harga
opsi beli maupun harga opsi jual di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2008
saat pasar opsi masih berlangsung. Harga saham tidak signifikan mempengaruhi
harga opsi beli di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil pengujian yang
dilakukan oleh penulis, diketahui bahwa harga strike tidak signifikan
mempengaruhi harga opsi beli di Bursa Efek Indonesia, time to maturitytidak
signifikan positif mempengaruhi harga opsi saham di Bursa Efek Indonesia, volatilitas
harga saham tidak signifikan mempengaruhi harga opsi saham di Bursa Efek
Indonesia, bahwarisk-free interest rate tidak signifikan mempengaruhi
harga opsi saham di Bursa Efek Indonesia.
|
Analisis Jurnal:
Opsi (option) menunjukkan hak untuk melakukan
sesuatu. Karena merupakan hak (rights)
maka pemodal atau manajer keuangan bisa melakukan bisa pula tidak. Ada dua tipe
opsi, yaitu call dan put. Opsi call menunjukkan hak untuk membeli suatu saham dengan harga
tertentu (exercise price) pada tanggal
tertentu. Sedangkan opsi put
menunjukkan hak untuk menjual suatu saham dengan harga tertentu pada waktu
tertentu (atau sebelumnya).
Dalam penelitian diatas, terdapat
beberapa hasil dan kesimpulan yang didapat, diantaranya:
1.
Harga saham, harga strike, time to maturity,
volatilitas dan risk-free interest rate secara bersama-sama signifikan positif
mempengaruhi harga opsi saham baik itu harga opsi beli maupun harga opsi jual
di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2008 saat pasar opsi masih berlangsung.
Dimana hal ini sejalan dengan teori yang berbunyi secara umum harga opsi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (1) harga saham; (2) harga exercise; (3)
tingkat bunga; (4) jangka waktu akan
jatuh tempo; (5) volatility harga saham.
2.
Harga saham tidak signifikan mempengaruhi harga
opsi beli di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian ini juga sudah sesuai
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Benjamin Blau dan Chip Wade
(2013) bahwa harga opsi kurang menyediakan informasi mengenai harga saham di
masa yang akan datang. Hal ini menyebabkan harga saham tidak dapat digunakan
sebagai patokan untuk penentuan harga opsi di Indonesia, khususnya pada harga
opsi beli. Dapat dilihat dari data harga saham pada harga opsi beli yang
rata-rata out of money sehingga investor mengalami kerugian.
3.
Time to maturity tidak signifikan positif
mempengaruhi harga opsi saham di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian
ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Markus Herzberg dan
Philipp Sibbertsen (2004) yang mengatakan bahwa harga opsi tidak dipengaruhi
secara signifikan oleh lamanya waktu jatuh tempo. Namun berbanding terbalik
dengan pendapat dari Lee (2007) yang menjelaskan apabila semakin lama waktu
jatuh tempo, peluang harga opsi bergerak menjadi in the money (menguntungkan)
juga semakin besar. Namun yang terjadi di kontrak opsi saham di Bursa Efek
Indonesia tahun 2007-2008 tidak demikian.
4.
Volatilitas harga saham tidak signifikan
mempengaruhi harga opsi saham di Bursa Efek Indonesia. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Duarte dan Jones (2007) yang mengemukakan bahwa volatilitas
harga saham tidak berpengaruh secara signifikan dalam penentuan harga opsi
secara individual. Hal ini disebabkan volatilitas dari harga saham pada kontrak
opsi di Bursa Efek Indonesia rata-rata tidak fluktuatif.
5. Bahwa risk-free interest
rate tidak signifikan mempengaruhi harga opsi saham di Bursa Efek
Indonesia. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fabozzi (2003)
yang mengatakan bahwa tingkat suku bunga bebas risiko tidak termasuk dalam
faktor yang mempengaruhi harga opsi. Namun sangat berbanding terbalik dengan
penelitian yang dilakukan oleh Roon dan Veld (1996) yang mengatakan bahwa opsi
yang di-exercise lebih awal dipengaruhi secara signifikan oleh interest
rate dan pada tingkat yang lebih rendah, waktu jatuh tempo. Hal yang
menyebabkan risk-free interest rate tidak signifikan mempengaruhi harga
opsi adalah periodejatuh tempo opsi yang rata-rata cepat sebelum expiration
date sehingga tingkat suku bunga bebas risiko yang diambil ditetapkan oleh
Bank Indonesia melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan jangka waktu 1
bulan di setiap bulannya tidak memiliki pengaruh yang kuat.
Rekomendasi:
Dalam penelitian ini, sudah sangat kompleks dan cukup lengkap menguji
opsi saham. Harga saham, harga strike,time to maturity, Volatilitas harga
saham, risk-free interest rate apakah mempengaruhi harga opsi saham atau tidak.
Dalam penelitian ini juga sudah dijelaskan kontradiksi dengan kajian teori dan
penelitian terdahulu yang sudah dilakukan. Tema yang diambil masih layak untuk
dikaji. Rekomendasi yang saya berikan adalah menguji kembali dengan mengubah
atau menambah variabel terkait, misal tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia, nilai tukar, inflasi, volume perdagangan, atau isu-isu terbaru yang
sedang terjadi pada saat ini apakah mempengaruhi harga opsi saham atau tidak.
REVIEW JURNAL ANALISIS FUTURES
|
Judul Jurnal
|
PENGARUH KONTRAK
FUTURES INDEKS TERHADAP VOLATILITAS UNDERLYING SPOT MARKET DI INDONESIA
|
|
Penulis
|
Sukmawati Sukamulja
dan Sony Fidanti
|
|
Nama Jurnal
|
Jurnal
Manajemen/Volume XXI, No. 01, Februari 2017: 17-32
|
|
Tahun
|
2017
|
|
Tujuan Penelitian
|
Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh kontrak futures indeks LQ45 terhadap volatilitas underlying
spot market. Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji pengaruh kemunculan
kontrak futures indeks terhadap efisiensi pasar pada periode 2001 – 2009 dengan
menggunakan metode GARCH (1,1).
|
|
Kajian Teori
|
a)
Pasar
disebut efisien jika transaksi tidak memungkinkan untuk memperoleh keuntungan
ekonomi (Jensen, 1978).
b)
Suatu
pasar modal disebut efisien jika merefleksikan semua informasi relevan pada
harga sahamnya. Dasar pemikiran pasar efisien adalah informasi sempurna, baik
secara kualitas, waktu, maupun persepsi (Sukamulja, 2005).
c)
Dalam
kenyataannya tidak ada sebuah pasarpun yang efisien sempurna, sehingga dalam
jangka pendek investor masih bisa memprediksikan harga untuk memperoleh
keuntungan jangka pendek (Timmermann dan Granger, 2004).
|
|
Penelitian
Terdahulu
|
a)
Penelitian terbaru dilakukan oleh Yadav (2016)
dengan data futures kontrak di India, ditemukan pengaruh kontrak futures
terhadap kenaikan volume transaksi di pasar sahamnya, demikian pula halnya
dengan kenaikan pada arus kasnya. Menggunakan model augmented GARCH, Sharma
dan Malhotra (2015) menemukan hubungan positif antara unexpected futures
trading volume (UTV) dengan volatilitas returns spot
b)
Penelitian pengaruh transaksi futures terhadap
volatilitas pasar underlying dilakukan di Australia, Hong Kong, Jepang, dan
Inggris dilakukan oleh Lee dan Ohk (1992). Menggunakan model multivariate
GARCH, Lee dan Ohk (1992) menemukan bahwa volatilitas pasar meningkat secara
signifikan seiring dengan kemunculan futures indeks saham dan pasar menjadi
lebih efisien, untuk pasar modal Jepang dan Inggris.
c)
Penelitian terbaru yang menemukan kenaikan
volatilitas aset penyertaan akibat adanya transaksi futures dilakukan oleh
Sharma dan Malhotra (2015) dan Yadev (2016). Sharma dan Malhotra (2015)
menggunakan kausalitas Granger dan augmented GARCH melihat adanya kenaikan
unexpected future trading volume (UTV) terhadap volatilatas return spot nya.
Yadev (2016) mengunakan model yang berbeda dengan peneliti sebelumnya,
membuktikan bahwa dengan kontrak futures di India meningkatkan volume di
pasar spot.
|
|
Metode Penelitian
|
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
harga penutupan harian dari indeks LQ45 periode 2000 sampai 2009. Data
diklasifikasikan berdasarkan periode sebelum (prefutures: 10 Oktober 2000-10
Agustus 2001, dengan 206 observasi) dan sesudah (postfutures: 13 Agustus
2001-13 Agustus 2009, dengan 1946 observasi) keberadaan kontrak futures
indeks. LQ45 Futures muncul pada tanggal 13 Agustus 2001. Return indeks LQ45
selama periode pengamatan dikelompokkan menjadi tiga (3) kelompok, yakni
periode prefutures, post-futures, dan periode keseluruhan (overall: 10
Oktober 2000-13 Agustus 2009, dengan 2152 observasi).
|
|
Analisa Data
|
Untuk melihat pengaruh transaksi futures terhadap
volatilitas underlying spot digunakan Generalized Autoregressive Conditional
Heteroscedasticity (GARCH) untuk pasar LQ45 futures.
|
|
Hasil Penelitian
|
Hasil pengujian pada return indeks LQ45 menemukan
bahwa telah terjadi volatilitas yang rendah selama keberadaan kontrak futures
indeks. Akan tetapi, volatilitas ini bukan dipengaruhi oleh kontrak futures
indeks. Artinya kemunculan transaksi kontrak futures tidak berpengaruh
terhadap volatilitas underlying spot nya. Hasil pengujian pada return indeks
LQ45 periode sebelum dan setelah kontrak futures indeks menunjukan
peningkatan efisiensi pasar terutama setelah kemunculan kontrak futures
indeks.
|
Analisis Jurnal:
Berdasarkan penelitian diatas,
menunjukkan bahwa Kontrak futures indeks dengan underlying indeks LQ45 –atau
LQ45 Futures, tidak memberikan pengaruh terhadap volatilitas yang terjadi pada
underlying spot market, meski terjadi volatilitas selama periode pengujian
namun kontrak futures indeks tidak turut mempengaruhi volatilitas tersebut.
Hasil penelitian ini konsisten dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Xie & Huang (2014) dengan objek bursa di China dan Debasish (2009)
dengan objek pasar futures India. Cox dalam Xie dan Huang (2014) berpendapat
bahwa tidak adanya pengaruh atas keberadaan ini bisa disebabkan peraturan yang
berbeda disetiap pasar berjangka (derivatif) di berbagai negara. Faktor yang
menurut Cox dapat mempengaruhi penurunan volatilitas atas keberadaan kontrak
futures indeks, yaitu (1) persyaratan margin lebih rendah; (2) biaya transaksi
yang rendah; dan (3) pengenalan yang menarik.
Selain itu juga sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Herawati (2003), menemukan hasil yang sama yaitu kehadiran kontrak futures
indeks tidak mempengaruhi volatilitas dari underlying spot market-nya. Jayasuriya
et al. (2009) melihat pasar modal yang masih berkembang dan thin market sebagai
penyebab informasi tidak simetri, tidak simetri akan makin besar saat pasar
lebih berfluktuasi. Pasar modal yang sedang berkembang berfluktuasi lebih besar
daripada pasar modal maju. Selain itu, investor individu pada pasar modal
sedang berkembang merupakan investor yang kurang memiliki informasi (uninform
investor), sehingga mendorong volatilitas pasar lebih tinggi. Kontrak futures
indeks di Indonesia (LQ45 Futures) pada saat itu merupakan produk futures
dengan underlying indeks pertama sehingga masyarakat masih belum terlalu
mengenalnya.
Hasil pengujian pada return
indeks LQ45 periode sebelum dan setelah kontrak futures indeks menunjukan
peningkatan efisiensi pasar terutama setelah kemunculan kontrak futures indeks.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Antoniou
& Holmes (1995), Saravanan & Deo (2010), dan Matanovic & Wagner
(2012). Ross (1989) dalam penelitian Antoniou dan Holmes (1995) juga
menyampaikan argumennya mengenai perdagangan futures yang mampu meningkatkan
arus informasi di spot market. Kemunculan kontrak futures indeks merupakan
salah satu pengumuman yang memiliki kandungan informasi. Pengumuman yang
memiliki kandungan informasi dan dinilai sebagai berita baik/good news akan
direspon positif oleh investor. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya return
disekitar pengumuman peristiwa.
Rekomendasi:
Penelitian ini
hanya terbatas pada periode setelah keberadaan kontrak futures indeks, yang
jumlah sampelnya lebih besar daripada periode sebelum. Hal tersebut disebabkan
data pada sebelum tahun 2000 tidak tersedia lagi. Penelitian ini hanya terbatas
pada satu jenis aset acuan, yaitu indeks LQ45; serta hanya pada satu negara
saja. Tema yang diambil masih layak untuk dikaji lebih dalam lagi dengan
menambah variabel terkait dan menambah negara yang diteliti. Selain itu juga
menggunakan metode yang lain, selain GARCH.
DAFTAR PUSTAKA
Bodie, K. M. (2002). Investments. New York:
McGraw-Hill.
Debasish, S. S. (2009). Effect of Futures Trading on
Spot-Price Volatility: Evidence for NSE Nifty using GARCH. The Journal of
Risk Finance, 67-77.
Duarte,
Jefferson dan Christopher S. Jones. (2007). The Price of Market Volatility
Risk.
Fabozzi, F. J. (2000). Manajemen Investasi.
Jakarta : Salemba Empat.
Herawati, H. (2003). The Effect of Futures Index
Trading on Volatility of LQ45 Constituent Stocks. Yogyakarta: Thesis -
Universitas Gadjah Mada.
Herzberg, Markus
dan S, Philipp. (2004). Pricing of Options Under Different Volatility Models.
Lowell, L. (Get Rich With Options: Four Winning
Strategies Straight from the Exchange Floor. Second Edition). 2007. New
Jersey: John Wiley & Sons Inc.
Matanovic, E. &. (2012). Volatility Impact of
Stock Index Futures Trading - a Revised Analysis. Journal of Applied Finance
& Banking, 113-126.
Saravanan, G. &. (2010). Impact of Futures and
Options Trading on the Underlying Spot Market Volatility in India. International
Review of Applied Financial Issues and Economics, 213-228.
Suad Husnan & Enny P. (1993). Dasar-dasar Teori Portofolio dan
Analisis Sekuritas. Yogyakarta: YKPN.
Xie, S. &. (2014). The Impact of Index Futures on
Spot Market Volatility in China. Emerging Markets Finance & Trade, ,
167-177.
LINK AKSES JURNAL
Terimakasih,sangat menarik dan reviewnya bagus
BalasHapusPenjelasannya sangat lengkap, Terima Kasih atas Ilmu dan informasinya.
BalasHapusSangat bermanfaat sekali kak
BalasHapusWahh, penjelasan materi lengkap, sangat membantu. Terimakasih mbak nimas :)
BalasHapusTerimakasih , ilmunya bermanfaat sekali
BalasHapusSangat bermanfaat sekali kak
BalasHapus