NAMA/NIM : DWIYANTI
NURSHEILA/17510048
MATA KULIAH : ANALISIS
SEKURITAS G
DOSEN MATA KULIAH :
M. NANANG CHOIRUDDIN,SE.,MM.
ANALISIS OPSI
JUDUL JURNAL
|
Opsi Saham pada Pasar Modal di
Indonesia (Studi Pasar Opsi saat Pasar Opsi Masih Berlangsung di Bursa Efek
Indonesia)
|
PENULIS
|
Syanti Dewi dan Ishak Ramli
|
VOLUME, NOMOR, DAN TAHUN TERBIT
|
Vol.2, No.2, Tahun 2018
|
LATAR BELAKANG
|
Pasar opsi dipasar modal Indonesia sudah tidak berjalan sejak tahun 2010, padahal opsi saham sebagai derivatif merupakan suatu instrumen keuangan yang diharapkan akan mengamankan risiko saham yang bersangkutan. Keberadaan instrument derivatif dalam dunia investasi sebenarnya masih menjadi pro dan kontra bagi sebagian masyarakat dan pakar keuangan. Dengan menggunakan derivatif maka investor atau pengusaha dapat mengalihkan risiko keuangannya karena mereka telah melindungi diri dari ketidakpastian (hedging the risk). Berinvestasi pada produk derivatif pada kenyataannya memang dapat memberikan keuntungan yang besar, bahkan diperkirakan lebih besar dibandingkan dengan berinvestasi di bursa saham (Jonckheere, 2008). Namun sesuai dengan prinsip investasi “higher return, higher risk”, maka produk investasi yang bisa memberi imbal hasil yang tinggi tentu juga memiliki risiko yang lebih tinggi. Secara makro, keberadaan pasar derivatif sebenarnya dapat membantu terciptanya pasar keuangan yang efisien sehingga pada akhirnya juga akan membantu sektor riil (dunia usaha) untuk mendapatkan modal usaha secara efisien. Namun di Indonesia perkembangan pasar derivatif belum semaju di negara lain, khususnya di kawasan Asia. Sebagai pembanding, bursa derivatif Korea telah menjadi bursa unggulan di Asia, sedangkan bursa derivatif komoditas Malaysia menjadi bursa terbesar di dunia (Kontan 2008). |
KAJIAN TEORI/LANDASAN TEORI
|
1.
Opsi saham (stock option)
merupakan salah satu produk derivatif yang banyak diperdagangkan di
negara-negara yang pada umumnya memiliki kondisi pasar modal yang sudah maju.
2.
Lima faktor yang mempengaruhi nilai
opsi antara lain : (1) nilai dari underlying asset; semakin besar
harga dari underlying asset maka semakin besar nilai dari opsi call; (2)
harga exercise, semakin rendah harga stike maka semakin besar nilai
dari opsi call; (3) nilai waktu uang, opsi call merupakan hak untuk membeli
aset suatu waktu di masa depan. Dan dikarenakan opsi merupakan pembelian di
masa depan maka semakin besar biaya kesempatan, akan semakin besar pula nilai
opsi; (4) volatilitas yang diharapkan, semakin besar volatilitas dari nilai underlying
asset maka akan semakin besar pula nilai dari opsi saham; dan (5) time
to maturity (periode waktu jatuh tempo), semakin lama masa waktu jatuh
tempo maka akan semakin besar nilai opsi (Fabozzi, 2003: 24).
|
PENELITIAN TERDAHULU
|
1.
Benjamin Blau dan Chip
Wade (2013) bahwa harga opsi kurang menyediakan informasi mengenai harga
saham di masa yang akan datang.
2.
Amin, Coval, and Seyhun
(2002) yang mengatakan bahwa harga saham memiliki pengaruh terhadap harga
indeks opsi. Di dukung oleh Mossin (1969) yang mencatat bahwa terdapat
interaksi antara saham dan opsi.
3.
Alghalith, Floros dan
Poufinas (2014) bahwa harga strike merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi harga opsi, khususnya harga opsi jual pada kasus ini. hal ini dikarenakan
dalam penentuan harga opsi yang sesuai dengan market demand harus
memperhatikan berapa harga strike yang disepakati dalam suatu opsi.
4.
Markus Herzberg dan
Philipp Sibbertsen (2004) yang mengatakan bahwa harga opsi tidak dipengaruhi
secara signifikan oleh lamanya waktu jatuh tempo.
5.
Fabozzi (2003) yang
mengatakan bahwa tingkat suku bunga bebas risiko tidak termasuk dalam faktor
yang mempengaruhi harga opsi.
|
OBJEK PENELITIAN
|
opsi
saham, harga saham, harga opsi saham, dan volatilitas.
|
TUJUAN PENELITIAN
|
1. Menguji apakah harga saham, harga strike, time to maturity, volatilitas harga saham, risk-free interest rate secara bersama-sama mempengaruhi harga opsi saham saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia 2. Menguji apakah harga saham mempengaruhi harga opsi saham saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia 3. Menguji apakah harga strike mempengaruhi harga opsi saham saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia 4. Menguji apakah time to maturity mempengaruhi harga opsi saham saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia 5. Menguji apakah volatilitas harga saham mempengaruhi harga opsi saham saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia 6. Menguji risk-free interest rate mempengaruhi harga opsi saham saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia |
HIPOTESIS
|
Pengaruh harga saham, harga
eksekusi, waktu jatuh tempo, risk-free interest rate dan volatilitas
terhadap harga opsi (baik call option maupun put option).
|
METODE PENELITIAN
|
Menggunakan metode populasi dan
sampel. Dan menggunakan analisis data metode analisis regresi linier berganda.
·
Dimana populasi dalam penelitian ini
adalah terkait opsi saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, BI Rate terkait
transaksi opsi saham selama tahun 2007 – 2008.
·
Penenelitian ini menggunakan data
sensus transaksi saham yang terjadi pada di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2007 – 2008 (saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek
Indonesia). Hanya ada empat saham perusahaan yang tercatat dalam seluruh
kontrak opsi saham di BEI pada periode tersebut yakni PT Astra Internasional
Tbk (ASII), PT Telekomunkasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Indofood Sukses Makmur
Tbk (INDF) dan PT Bank Asia Central Tbk (BCA).
|
HASIL PENELITIAN
|
Harga saham,
harga strike, time to maturity, volatilitas dan risk-free
interest rate secara bersama-sama signifikan positif mempengaruhi harga
opsi saham baik itu harga opsi beli maupun harga opsi jual di Bursa Efek
Indonesia periode 2007-2008 saat pasar opsi masih berlangsung. Harga saham
tidak signifikan mempengaruhi harga opsi beli di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh penulis, diketahui bahwa
harga strike tidak signifikan mempengaruhi harga opsi beli di Bursa
Efek Indonesia, time to maturitytidak signifikan positif mempengaruhi
harga opsi saham di Bursa Efek Indonesia, volatilitas harga saham tidak
signifikan mempengaruhi harga opsi saham di Bursa Efek Indonesia, bahwarisk-free
interest rate tidak signifikan mempengaruhi harga opsi saham di Bursa
Efek Indonesia.
|
KELEBIHAN
|
Pembahasan jelas disertai dengan
perbandingan dengan penelitian tedahulu.
|
KEKURANGAN
|
Kurangnya kajian teori di dalam penelitian
|
KETERKAITAN
DENGAN TEORI ATAU REFERENSI
Opsi (derivatif) adalah suatu perjanjian/kontrak antara penjual opsi (seller atau writer) dengan pembeli opsi (buyer), dimana penjual opsi menjamin adanya hak (bukan suatu kewajiban) dari pembeli opsi, untuk membeli atau menjual asset tertentu pada waktu dan harga yang telah ditetapkan. Opsi merupakan suatu kesepakatan antara dua pihak yang mempunyai suatu nilai tertentu yang ditetapkan berdasarkan harga sesuatu yang lain (Mc.Donald, 2003).
Keberadaan instrument derivatif dalam dunia investasi sebenarnya masih menjadi pro dan kontra bagi sebagian masyarakat dan pakar keuangan. Instrumen derivatif yang digunakan untuk tujuan lindung nilai dapat meningkatkan laba perusahan (Rossieta, 2010). Menurut Walmsley (1998), terdapat empat kegunaan dari instrumen derivatif dalam investasi bagi investor yaitu: 1) pengalihan risiko (risk tansfer); 2) peningkatan likuiditas (liquidity improvement); 3) penciptaan kredit (credit creation); dan 4) penciptaan ekuitas (equity creation).
Tujuan utama dari derivatif adalah untuk melindungi perusahaan dalam melakukan transaksi bisnis (Karimova, 2002). Tujuan ini biasa disebut dengan istilah pemagaran (hedging). Perdagangan spekulatif instrumen derivatif bisa sangat merusak bagi investor dan pemegang saham karena dapat mengikis laba perusahaan dengan cepat (Stout, 1996). Berinvestasi pada produk derivatif pada kenyataannya memang dapat memberikan keuntungan yang besar, bahkan diperkirakan lebih besar dibandingkan dengan berinvestasi di bursa saham. Namun sesuai dengan prinsip investasi “higher return, higher risk”, maka produk investasi yang bisa memberi imbal hasil yang tinggi tentu juga memiliki risiko yang lebih tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga opsi (Faisal, 2001):
1. Harga saham yang dijadikan patokan
2. Strike price yang ditetapkan
3. Expiration date dari opsi
4. Volatilitas harga saham yang diharapkan selama umur opsi
5. Tingkat suku bunga jangka pendek selama umur opsi
6. Deviden yang diharapkan
Tujuan utama dari derivatif adalah untuk melindungi perusahaan dalam melakukan transaksi bisnis (Karimova, 2002). Tujuan ini biasa disebut dengan istilah pemagaran (hedging). Perdagangan spekulatif instrumen derivatif bisa sangat merusak bagi investor dan pemegang saham karena dapat mengikis laba perusahaan dengan cepat (Stout, 1996). Berinvestasi pada produk derivatif pada kenyataannya memang dapat memberikan keuntungan yang besar, bahkan diperkirakan lebih besar dibandingkan dengan berinvestasi di bursa saham. Namun sesuai dengan prinsip investasi “higher return, higher risk”, maka produk investasi yang bisa memberi imbal hasil yang tinggi tentu juga memiliki risiko yang lebih tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga opsi (Faisal, 2001):
1. Harga saham yang dijadikan patokan
2. Strike price yang ditetapkan
3. Expiration date dari opsi
4. Volatilitas harga saham yang diharapkan selama umur opsi
5. Tingkat suku bunga jangka pendek selama umur opsi
6. Deviden yang diharapkan
Dalam pasar opsi kontrak dibuat agar pembeli mempunyai hak untuk membeli ataupun menjual suatu aset tertentu pada harga dan waktu tertentu dimasa yang akan datang. Ada tiga faktor yang mempengaruhi nilai opsi, baik opsi saham ataupun opsi valas yaitu nilai intrinsik, nilai wqaktu, dan volatilitas harga pasar (Susandy, 2006).
REKOMENDASI
UNTUK ANALISIS SELANJUTNYA
Setiap
penulisan pasti ada kekurangannya tidak semata-mata sempurna seluruhnya. Penelitian selanjutnya lebih baik menambah
jumlah tahun periode opsi saham di bursa efek. Sehingga penjabarannnya cukup
luas. Dan juga agar kontrak opsi saham di Bursa Efek Indonesia semakin banyak
tidak hanya saham PT Astra Internasional Tbk (ASII), PT Telekomunkasi Indonesia
Tbk (TLKM), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Bank Asia Central Tbk (BCA).
ANALISIS FUTURES
JUDUL JURNAL
|
Efektivitas Hedging Kontrak Futures
Komoditi Emas dengan Olein
|
PENULIS
|
Fitri Ismiyanti dan Hendra Ima
Sasmita
|
VOLUME, NOMOR, DAN TAHUN TERBIT
|
Vol. 4, No. 2, Tahun 2011
|
LATAR BELAKANG
|
Berkembangnya
pasar keuangan yang semakin pesat turut meningkatkan risiko yang akan
dihadapi investor, sehingga diperlukan diversifikasi untuk mengurangi risiko
ini. Diversifikasi portofolio secara internasional merupakan pilihan untuk
mengurangi atau meminimalkan tingkat risiko yang akan dihadapi. Hal ini
dikarenakan perbedaan kondisi perekonomian suatu negara yang berbeda satu
sama lain dapat menyebarkan tingkat risiko, sehingga memperkecil tingkat
volalitas return portofolio.
Hull
(2008:45) menyebutkan bahwa lindung nilai yang sempurna adalah dengan
mengeleminasi semua risiko, namun perfect hedging merupakan hal yang sangat
jarang sekali adanya. Dengan menggunakan kontrak derivative diharapkan dapat
mendekatkan pada kondisi lindung nilai yang sesempurna mungkin. Sehingga,
nantinya diharapkan imbal hasil yang diperoleh dapat sesuai dengan imbal
hasil yang telah diperkirakan (expected return). Berbagai instrumen
derivative dapat digunakan sebagai alat lindung nilai, diantaranya berupa
kontrak futures, forward, option, dan swaps. Di Indonesia sendiri kontrak
derivative yang sudah diterbitkan dan mulai banyak digunakan adalah kontrak
futures. Baik kontrak futures pada instrumen keuangan seperti saham, maupun
pada instrumen komoditi.
Berdasarkan
latar belakang di atas, penelitian ini menggunakan komoditi emas dan olein
sebagai acuan. Emas merupakan instrumen yang kebanyakan masyarakat Indonesia
percaya bahwa nilainya akan terus mengalami kenaikan, sehingga sangat ideal
sebagai alat lindung nilai terhadap pergerakan inflasi. Sedangkan Olein merupakan
komoditi yang bersifat global sebagai bahan baku utama industri, sehingga
banyak diperdagangkan dikalangan dunia. Dari alasan tersebut, peneliti hendak
membandingkan efektivitas lindung nilai yang dilakukan oleh hedger emas
dengan hedger olein dengan membandingkan perbedaan varians return hedgednya
|
KAJIAN TEORI/LANDASAN TEORI
|
1.
Futures market
Pada awalnya futures market digunakan untuk mempertemukan
kebutuhan antara petani dengan pedagang. Ketidakpastian harga panen merupakan
alasan utama didirikannya pasar futures.
2.
Futures Contract
Kontrak futures merupakan sebuah perjanjian untuk membeli atau
menjual aset pada suatu periode waktu tertentu dimasa yang akan datang dengan
kepastian harga yang telah disepakati sebelumnya Hull (2008:1).
3.
Futures Contract Commodities
Komoditi merupakan aset yang pertama kali diperdagangkan pada
pasar futures. Bursa berjangka komoditi banyak digunakan oleh kalangan bisnis
sebagai sarana lindung nilai (hedging). Dalam prakteknya bursa berjangka
komoditi tidak hanya digunakan untuk hedging. Para spekulan memanfaatkan
bursa berjangka komoditi untuk memperoleh laba, sehingga spekulan juga
menyediakan likuiditas terhadap bursa berjangka komoditi (http://id.wikipedia.org)
4.
Forward Contract
Hull (2008:5) menyatakan, kontrak forward hampir sama dengan
kontrak futures pada perjanjian untuk membeli atau menjual aset pada waktu
tertentu di masa yang akan datang dengan harga yang tertentu.
5.
Long Hedges
long hedges merupakan ketepatan perkiraan dari hedger ketika
mengetahui waktu yang tepat untuk membeli sejumlah aset dan menginginkan
harga yang pasti di masa yang akan datang Hull (2008:47).
|
PENELITIAN TERDAHULU
|
1.
Bhargava (2007), meneliti
perbandingan rasio yang optimal terhadap kontrak futures pasar komoditas
kapas dengan kedelai.
2.
Agustina (2006) yang membandingkan
rasio hedge indeks LQ45 Futures dengan menggunakan 3 model yakni OLS, VAR,
dan VECM menunjukkan adanya perbedaan rasio hedge dengan menggunakan ketiga
model, namun tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap
efektivitas hedging. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk membandingkan
varians return hedged komoditi emas dengan varians return hedged komoditi
olein.
3.
Ripple dan Moosa (2004), futures
hedging lebih efektif ketika menggunakan nilai yang mendekati akhir kontrak.
|
OBJEK PENELITIAN
|
Hedge Ratio, Return Hedged Variance,
dan Hedging Effectiveness.
|
TUJUAN PENELITIAN
|
Untuk mengetahui efektivitas
penanganan risiko sistimatis yang dihadapi oleh hedger komoditi emas dengan
hedger komoditi olein dengan menguji perbedaan varians return hedged pada
kontrak futures komoditi emas dengan varians return hedged pada kontrak
futures komoditi olein.
|
HIPOTESIS
|
Pengaruh perbedaan varians return
bulanan hedged komoditi emas dengan varians return bulanan hedged komodi
|
METODE PENELITIAN
|
Menggunakan sampel penelitian. Sampel
Sampel penelitian perbandingan efektivitas hedging dengan kontrak futures
komoditi ini menggunakan data sekunder perdagangan harian emas dan olein yang
diperdagangkan pada Bursa Berjangka Jakarta selama Januari 2005 sampai
Januari 2010, untuk data bulan Mei 2005 tidak dimasukkan dalam variabel
penelitian dikarenakan adanya ketidaklengkapan data pada harga futures kedua
komoditi. Data spot olein diperoleh dari lembaga Bappebti, sedangkan data
spot emas diperoleh dari USA GOLD dimana data harus dikonversikan terlebih
dahulu kedalam Rupiah pergram dengan kurs beli (bid price) pada BI.
|
HASIL PENELITIAN
|
1.
Rasio Hedge
Nilai dari rasio hedge sangatlah bervariasi. Jika nilai rasio
hedge1, maka untuk mengeliminasi kerugian di pasar fisik diperlukan kontrak
yang lebih besar di pasar futures. Tabel 4.1 menunjukkan rasio hedge dari
emas lebih kecil dari rasio hedge emas, hal ini mengindikasikan bahwa untuk
mengeleminasi kerugian di pasar fisik, diperlukan kontrak yang lebih besar
untuk komoditi olein dibandingkan bila mengeleminasi kerugian di pasar fisik
bagi komoditi emas.
2.
Efektivitas Hedging
Pada tabel 4.2 Rata-rata return hedged terbesar dihasilkan oleh
komoditi emas dengan nilai 0.00209 % lebih besar 0.00157 % dibanding dengan
return hedged komoditi olein. Dilihat dari angka varians returnnya, komoditi
olein memiliki rentang varians return yang cukup lebar dari 0.0000005 %
hingga 0.0546901 %. Hal ini menunjukkan risiko komoditi olein lebih besar
dibandingkan dengan risiko dari komoditi emas, dimana rentang varians return
emas mulai dari 0.0000330 % hingga 0.0062939 %.
|
KELEBIHAN
|
Penataan penulisan cukup bagus dan
rapi.
|
KEKURANGAN
|
Lebih memperjelas pembahasan dalam
penelitian.
|
KETERKAITAN
DENGAN TEORI ATAU REFERENSI
Awal
terbentuknya futures market untuk mempertemukan kebutuhan antara petani
dengan pedagang (Fidanti, 2003). Pada perkembangannya yang sangat pesat, pasar futures
tidak hanya dilakukan secara fisik, namun juga melalui mekanisme elektronik.
Perdagangan secara elektronik ini memungkinkan seorang traders untuk memasuki
arena perdagangan melalui perangkat komputer sehingga mempermudah mereka
bertemu dengan banyak penjual maupun pembeli (Hull, 2008:3).
Kontrak
futures merupakan sebuah perjanjian untuk membeli atau menjual aset pada suatu
periode waktu tertentu dimasa yang akan datang dengan kepastian harga yang
telah disepakati sebelumnya Hull (2008:1). Harga sebuah kontrak futures akan
berlawanan dengan harga pada pasar spot, harga bisa lebih tinggi bisa juga
lebih rendah. Pada kontrak futures diperlukan sejumlah initial margin, yang
merupakan jumlah nominal uang yang perlu disetor oleh investor kepada broker.
Namun pada kontrak futures diperlukan daily settlement dimana apabila nilai
aset investor dibawah initial margin maka broker akan memberikan margin call
pada investor tersebut (Madura, 1997:125).
Tujuan dari kontrak futures pada instrumen keuangan adalah untuk
mengalihkan risiko perubahan pada harga sekuritas di masa datang dari satu
pihak ke pihak lain dalam kontrak tersebut. Karena instrumen futures menawarkan
suatu cara untuk mengatur tingkat risiko yang ada di pasar finansial.
Hedging
merupakan salah satu fungsi perdagangan berjangka, yaitu menyangkut transfer
of risk. Strategi hedging digunakan untuk mengurangi risiko kerugian
yang diakibatkan oleh naik turunnya harga. Menurut Sunaryo (2009) prinsip hedging
adalah menutupi kerugian posisi aset awal dengan keuntungan dari posisi
instrumen hedging. Tujuan hedging adalah mengurangi risiko yang secara
sadar tidak ingin kita ambil (Martalena, 2011).
REKOMENDASI
JURNAL UNTUK ANALISIS SELANJUTNYA
Sebaiknya
meneliti lebih lanjut mengenai
efektivitas hedging pada komoditi-komoditi lain sebagai bahan pertimbangan
multiple cross hedging. Kemudian lebih mendalami penelitian kketerkaitan cross
hedging antar komoditi emas dan olein. Dan bagi investor atau pedagang komoditi
dapat mempertimbangkan ketersediaan sarana hedging untuk melindungi posisi pada
pasar fisik. Jika komoditi yang akan di hedge tidak tersedia kontrak
futuresnya, maka bisa menggunakan alternatif kontrak futures komoditi lain yang
memiliki korelasi kuat dengan komoditi yang akan di hedge dengan menentukan
terlebih dahulu rasio hedge yang optimal untuk menyesuaian nilai kontrak antara
aset yang di hedge dengan instrumen hedge.
DAFTAR PUSTAKA
Faisal, M.
2001. Manajemen Keuangan Internasional. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba
Empat.
Fidanti,
Sony. 2003. Pengaruh Kontrak Futures Indeks Terhadap Volatilitas Underlying
Spot Market di Indonesia (Studi pada LQ45 Futures 2001-2009). Jurnal
Ekonomi.
Hull, Jhon
C. 2008. Fundamentals Of Future And Options Markets. Sixth Edition.
Penerbit Pearson Prentice Hall, New Jersey.
Madura,
Jeff. 1997. Manajemen Keuangan Internasional. Edisi keempat, jilid 1,
Terjemahan. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Martalena,
Malinda Maya. 2011. Pengantar Pasar Modal. Yogyakarta: Penerbit Andi.
McDonald,
Robert L. (2003). Derivatives Market. Second Edition. Boston: Pearson
Education, Inc.
Rossieta, Hilda.
2010. Risk Signal, Financial Derivative Transactions and The Indonesian GAAP. Journal
of Modern Accounting and Auditing. Vol. 6, No. 2.
Sunaryo, T.
2009. Manajemen Risiko Financial. Salemba Empat, Jakarta.
Susandy,
Gugyh. 2006. Analisis Perbandingan Nilai Opsi Saham dan Opsi Valas dengan
Menggunakan Model Black-Scoles (Studi Stimulasi 6 Saham Di Bursa Efek Jakarta
dan 6 Valas di BI). Jurnal Dimensi. 3(2): hal15-50.
Stout, Lynn A.
(1996). Derivative Trading in A World of Risk and Uncertainty. Brookings
Review. Vol. 14. No. 1. Hal. 38-41.
Walmsley,
Julian. (1998). New Financial Instruments. Second Edition.
Mantap penjelasannya, jelas sekali. Semoga bermanfaat
BalasHapusBaik, terima kasih semoga bermanfaat dan dapat dipelajari. Semangat belajar
BalasHapusBaik terima kasih. Semoga bermanfaat dan semangat belajar
BalasHapusTerimakasih penjelasannya, sangat bermanfaat. Semoga bisa menjadi referensi untuk temab-teman yang lain
BalasHapusMantap, Terimakasih informasinyaa sangat bermanfaat sekali
BalasHapusTerimakasih atas informasi nya.. Sangat bermanfaat sejali buat saya yang kurang paham atas dunia manajemen, dll.
BalasHapusSangat informatif dan menarik
BalasHapusJelas dan lebih mudah dipahami. Terima kasih banyak
BalasHapusInformatif sekali, terimakasih
BalasHapusSangat bermanfaat
BalasHapusSangat membantu dan jelas
BalasHapusterima kasih, sangat mudah dipahami kak
BalasHapusJelas dan mudah dipahami
BalasHapusSangay informatif sekali bagi pembaca
BalasHapusTerimakasih kak , Sangat jelas dan mudah sekali dipahami
BalasHapus