REVIEW JURNAL ANALISIS SPOT
a.
Judul
Penelitian
OPSI SAHAM
PADA PASAR MODAL DI INDONESIA (STUDI
PASAR OPSI SAAT PASAR OPSI MASIH BERLANGSUNG DI BURSA EFEK INDONESIA).
b.
Penulis : Syanti Dewi & Ishak Ramli.
c.
Jurnal : Muara Ilmu
Ekonomi dan Bisnis.
d.
Volume,
Halaman, Tahun dan ISSN : Vol. 2, No. 2, Oktober 2018: hlm 300-312.
e.
Reviewer :
Roudlotul
Jannah ( 1710004 ).
f. Tujuan Penelitian :
1. Menguji apakah harga saham,
harga strike, time to maturity, volatilitas harga saham, risk-free interest
rate secara bersama-sama mempengaruhi
harga opsi saham saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek
Indonesia.
2. Menguji apakah harga saham mempengaruhi harga opsi saham saat
pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia.
3. Menguji apakah harga strike mempengaruhi harga opsi saham saat
pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia.
4. Menguji apakah time to
maturity mempengaruhi harga opsi saham saat pasar opsi masih berlangsung di
Bursa Efek Indonesia.
5. Menguji apakah volatilitas harga saham mempengaruhi harga opsi
saham saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia.
6. Menguji risk-free interest rate mempengaruhi harga opsi saham saat
pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesi.
g.
Obyek
Penelitian : Data sensus transaksi saham yang terjadi pada di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2007 – 2008 (saat pasar opsi masih berlangsung di
Bursa Efek Indonesia). Hanya ada empat saham perusahaan yang tercatat dalam
seluruh kontrak opsi saham di BEI pada periode tersebut yakni PT Astra
Internasional Tbk (ASII), PT Telekomunkasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Indofood
Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Bank Asia Central Tbk (BBCA).
h. Kajian Teori :
ü Pasar opsi saham sebagai derivatif merupakan suatu instrumen
keuangan yang diharapkan akan mengamankan risiko saham yang bersangkutan.
Merupakan suatu kesepakatan antara dua pihak yang mempunyai suatu nilai
tertentu yang ditetapkan berdasarkan harga sesuatu yang lain (Mc.Donald, 2003).
ü Tujuan utama dari derivatif adalah untuk melindungi perusahaan
dalam melakukan transaksi bisnis. Tujuan yang diungkapkan oleh Karimova ini
dikenal dengan istilah pemagaran (hedging). Perusahaan yang menggunakan hedging
dalam melakukan transaksi bisnisnya akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menggunakan atau berhenti menggunakan
hedging Karimova (2002).
ü Stout (1996) masih meragukan manfaat perdagangan derivatif.
Menurutnya perdagangan spekulatif instrumen derivatif bisa sangat merusak bagi
investor dan pemegang saham karena dapat mengikis laba perusahaan dengan cepat.
Stout menjelaskan bahwa ketidaksetujuan atas perdagangan derivatif, seperti
halnya atas perjudian adalah adanya negative-sum game (yaitu suatu permainan
dimana tidak ada satu pihak pun yang menang) yang akan mengikis kekayaan
perusahaan sekaligus meningkatkan risiko keuangan bagi pemain yang terlibat di
dalamnya.”
ü Berinvestasi pada produk derivatif pada kenyataannya memang dapat
memberikan keuntungan yang besar, bahkan diperkirakan lebih besar dibandingkan
dengan berinvestasi di bursa saham. Namun sesuai dengan prinsip investasi
“higher return, higher risk”, maka produk investasi yang bisa memberi imbal
hasil yang tinggi tentu juga memiliki risiko yang lebih tinggi. Dengan
melakukan prediksi (spekulasi) yang tepat atas investasi derivatif, keuntungan
yang diperoleh sangat tinggi, tetapi jika prediksi tidak tepat, maka kerugian
yang dialami pun akan berlipat-lipat pula (Jonckheere, 2008) .
ü .Pada saat masyarakat kalangan bawah tidak mampu membayar kredit
perumahan karena tingginya tingkat bunga kredit, maka nilai saham perusahaan
pemberi kredit perumahan langsung turun drastis. Masalah ini semakin rumit,
karena sebagai salah satu sumber pembiayaan kreditnya, perusahaan pemberi
kredit perumahan tersebut menjual sekuritas derivatif yang beragunan aset, yang
dikenal sebagai collateralized debt obligation (CDO) ke perusahaan-perusahaan
investasi dan bank di seluruh dunia. Mengingat aset ini telah tersebar ke
seluruh dunia, maka sulit untuk mendeteksi bank atau institusi mana yang
memiliki aset yang terkait dengan subprime mortgage, sehingga muncul perilaku
menghindar dari risiko (risk aversion) yang berlebihan dari pelaku pasar di
dunia. Hal ini ditambah lagi dengan sikap para investor lokal yang kemudian
melakukan aksi jual di bursa karena terpengaruh oleh sentimen negatif di pasar
regional. Kondisi ini segera menciptakan masalah likuiditas yang sangat parah
di pasar keuangan global (Oetomo, 2008).
ü Indonesia sendiri sebenarnya tidak terkena imbas dari krisis
tersebut secara langsung, namun sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya,
investasi derivatif atas aset berbasis subprime mortgage tersebut telah
menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, maka ketika krisis
terjadi, Indonesia juga terkena imbas kerugian. Salah satu indikator dari
kerugian tersebut adalah jatuhnya nilai kapitalisasi pasar dan penurunan tajam
volume perdagangan saham di bursa. Bahkan pada bulan Oktober 2008, Departemen
Keuangan RI sempat menutup Bursa Efek Indonesia (BEI) karena Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) anjlok hingga 10,38%. (Kusnanto, 2010).
ü Secara makro, keberadaan pasar derivatif sebenarnya dapat membantu
terciptanya pasar keuangan yang efisien sehingga pada akhirnya juga akan
membantu sektor riil (dunia usaha) untuk mendapatkan modal usaha secara
efisien. Namun di Indonesia perkembangan pasar derivatif belum semaju di negara
lain, khususnya di kawasan Asia. Sebagai pembanding, bursa derivatif Korea
telah menjadi bursa unggulan di Asia, sedangkan bursa derivatif komoditas
Malaysia menjadi bursa terbesar di dunia. (Kontan 2008).
ü Kemajuan pasar derivatif di kedua negara tersebut disebabkan
adanya dukungan penuh dari otoritas setempat dan seluruh anggota bursa.
Kegiatan–kegiatan berbentuk pelatihan derivatif untuk masyarakat umum dan
simulasi trading bagi investor pemula, sering diadakan di kedua negara tersebut
sehingga semakin banyak investor yang paham tentang informasi derivatif,
kondisi inilah yang mampu meningkatkan volume transaksi derivatif di kedua negara
tersebut. Sedangkan di Indonesia, distribusi informasi derivatif masih dikuasai
oleh orang–orang tertentu, sehingga investor pemula sulit untuk belajar
(Satrio, dalam Kontan, 2008). Salah
satu instrumen derivatif yang memegang peran penting dalam pasar derivatif
adalah opsi. Opsi merupakan suatu kontrak yang memberikan hak (bukan kewajiban)
kepada pemegang kontrak (option buyer) untuk membeli atau menjual suatu aset
tertentu suatu perusahaan kepada penulis opsi (option writer) dengan harga
tertentu (exercise price) dalam jangka waktu tertentu (expiration date).
Apabila pada saat jatuh tempo (expiration date) pemegang opsi tidak menggunakan
haknya, maka haknya tersebut akan hilang dengan sendirinya. Dengan demikian,
opsi yang dimiliknya tidak akan bernilai lagi (Bodie, Kane dan Marcus, 2006 :
340).
ü Berdasarkan jenis hak yang diberikan kepada pemegangnya, opsi
terbagi menjadi dua yaitu opsi beli (call option) dan opsi jual (put option).
Opsi beli adalah opsi yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli
sejumlah tertentu saham suatu perusahaan dengan harga dan waktu tertentu.
Sedangkan opsi jual memberikan hak kepada pemegangnya untuk menjual sejumlah
tertentu saham perusahaan dengan harga dan waktu tertentu pula. Sedangkan bila
berdasarkan periode waktu dan hak yang dimilki pemegangnya, Opsi terbagi
menjadi dua tipe yaitu American option dan European option. American option
merupakan suatu tipe opsi yang mengizinkan pemilik dari opsi untuk
meng-exercise opsi tersebut kapan saja baik sebelum jatuh tempo maupun pada
saat jatuh tempo. Sedangkan, European option mengizinkan pemilik dari opsi
untuk meng-exercise opsi hanya pada saat jatuh tempo (Sawidji Widioatmodjo,
2005: 163).
i.
Hipotesis
:
1. Menguji apakah harga saham, harga
strike, time to maturity, volatilitas harga saham, risk-free interest rate
secara bersama-sama mempengaruhi harga
opsi saham saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia.
2. Menguji apakah harga saham mempengaruhi harga
opsi saham saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia .
3. Menguji apakah harga strike mempengaruhi harga
opsi saham saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia.
4. Menguji
apakah time to maturity mempengaruhi harga opsi saham saat pasar opsi masih
berlangsung di Bursa Efek Indonesia .
5.
Menguji apakah volatilitas harga saham mempengaruhi harga opsi saham
saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia.
6.
Menguji risk-free interest rate mempengaruhi harga opsi saham saat pasar
opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia.
j.
Metode
Penelitian :
ü Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
terkait opsi saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, BI Rate terkait
transaksi opsi saham selama tahun 2007 – 2008, yaitu periode mulai
ditransaksikan kembali kontrak opsi saham setelah sempat terhenti sejak tahun
2004.
ü Sampel
Mengingat data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh data transaksi opsi saham yang terjadi pada BEI,
maka penenelitian ini menggunakan data sensus transaksi saham yang terjadi pada
di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007 – 2008 (saat pasar opsi masih
berlangsung di Bursa Efek Indonesia). Hanya ada empat saham perusahaan yang
tercatat dalam seluruh kontrak opsi saham di BEI pada periode tersebut yakni PT
Astra Internasional Tbk (ASII), PT Telekomunkasi Indonesia Tbk (TLKM), PT
Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Bank Asia Central Tbk (BBCA).
ü Teknik Analisis Data
Analisis Data menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda
k. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil dari ringkasan dari
pengujian secara parsial terhadap harga opsi jual dari analisis linear regresi berganda, dapat
disimpulkan bahwa harga saham secara parsial signifikan negatif dan harga
strike secara parsial signifikan positif mempengaruhi harga opsi jual dengan
tingkat keyakinan 95%, sedangkan time to maturity, volatilitas harga sahamdan
risk-free interest rate secara parsial tidak signifikan mempengaruhi harga opsi jual saat pasar opsi
masih berlangsung di BEI. Analisis regresi linear berganda untuk harga saham,
harga strike, time to maturity, volatilitas dan risk-free interest rate
terhadap harga opsi beli memiliki koefisien determinasi sebesar 0.326557artinya
sebesar 32,6557% proporsi variasi variabel dependen (harga opsi beli) dapat
dijelaskan oleh variasi variabel independen, yaitu dalam penelitian ini adalah
harga saham, harga strike, time to maturity, volatilitas dan risk-free interest
rate, sisanya 0,673443(67,3443%) dijelaskan oleh variabel lain seperti
pembayaran dividen, transction cost, volume opsi, ukuran kontrak opsi, dan
nilai waktu uang.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, K. I.
(2004). Index Option Prices and Stock Market Momentum. Journal of Business,
No.77. Hal. 835-873.
Mishkin, F. S.
(2001). The Economic of Money, Banking and Financial Market. New Yok:
Addison Wesley.
pasaribu, R. B.
(2009). Stock Options Price Estimation in Indonesia Stock Exchange: Case
Studies of LQ-45. Journal of Accounting and Management, Vol. 20. No.
3. Hal 195-218.
Rivano, R.
(2006). Analisis Penerapan Black-Scholes Option Pricing Model dalam
Penilaian Opsi Beli Saham dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Thesis
MM: Universitas Gajah Mada.
winarno, D. W.
(2011). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. yogyakrta:
UPP STIM YKPN Yogyakarta. .
REVIEW
JURNAL ANALISIS FUTURE
a.
Judul
Penelitian
‘’EFEKTIVITAS HEDGING KONTRAK FUTURES
KOMODITI EMAS DENGAN OLEIN ‘’.
b.
Penulis : Fitri Ismiyanti &Hendra Ima
Sasmita.
c.
Jurnal : Manajemen
Teori dan Terapan
d.
Volume,
Halaman, Tahun dan ISSN : Tahun 4, No. 2, Agustus 2011
e.
Reviewer :
Roudlotul
Jannah ( 1710004 ).
f.
Tujuan
Penelitian : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas
penanganan risiko sistimatis yang dihadapi oleh hedger komoditi emas dengan
hedger komoditi olein dengan menguji perbedaan varians return hedged pada
kontrak futures komoditi emas dengan varians return hedged pada kontrak futures
komoditi olein.
g. Obyek Penelitian : Data sekunder perdagangan harian emas
dan olein yang diperdagangkan pada Bursa Berjangka Jakarta selama Januari 2005
sampai Januari 2010, untuk data bulan Mei 2005 tidak dimasukkan dalam variabel
penelitian dikarenakan adanya ketidaklengkapan data pada harga futures kedua
komoditi. Data spot olein diperoleh dari lembaga Bappebti, sedangkan data spot
emas diperoleh dari USA GOLD dimana data harus dikonversikan terlebih dahulu
kedalam Rupiah pergram dengan kurs beli (bid price) pada BI. Data penelitian
ini berupa data mingguan spot price dan settlement price
h.
Kajian
Teori :
ü
Hull (2008:45) lindung nilai yang
sempurna adalah dengan mengeleminasi semua risiko, namun perfect hedging
merupakan hal yang sangat jarang sekali adanya. Dengan menggunakan kontrak
derivative diharapkan dapat mendekatkan pada kondisi lindung nilai yang sesempurna
mungkin. Sehingga, nantinya diharapkan imbal hasil yang diperoleh dapat sesuai
dengan imbal hasil yang telah diperkirakan (expected return).
ü Ripple dan Moosa (2004),
futures hedging lebih efektif ketika menggunakan nilai yang mendekati
akhir kontrak. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data harian dan
bulanan dari crude oil futures dengan harga spotnya pada New York Mercantile
Exchange (NYMEX) untuk mengukur rasio hedge selama periode pengamatan dari 2
Januari 1998 hingga 29 April 2005. Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan
bahwa rasio hedge akan lebih rendah pada nilai yang mendekati akhir kontrak.
ü Agustina (2006) yang membandingkan rasio hedge indeks LQ45 Futures
dengan menggunakan 3 model yakni OLS, VAR, dan VECM menunjukkan adanya
perbedaan rasio hedge dengan menggunakan ketiga model, namun tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan terhadap efektivitas hedging. Sedangkan
penelitian ini bertujuan untuk membandingkan varians return hedged komoditi
emas dengan varians return hedged komoditi olein. Data yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan data sekunder yang diolah dari berbagai sumber.
Periode pengamatan penelitian ini dilakukan selama 5 tahun dari bulan Januari
2005 hingga Januari 2010, dimana bulan Mei 2005 tidak dimasukkan kedalam
variabel penelitian dikarenakan ketidaktersediaan data.
i.
Hipotesis
:
ü H1: Terdapat perbedaan varians return bulanan hedged komoditi
emas dengan varians return bulanan
hedged komoditi olein.
j.
Metode
Penelitian :
ü Sampel
Sampel penelitian perbandingan
efektivitas hedging dengan kontrak futures komoditi ini menggunakan data
sekunder perdagangan harian emas dan olein yang diperdagangkan pada Bursa
Berjangka Jakarta selama Januari 2005 sampai Januari 2010, untuk data bulan Mei
2005 tidak dimasukkan dalam variabel penelitian dikarenakan adanya
ketidaklengkapan data pada harga futures kedua komoditi. Data spot olein
diperoleh dari lembaga Bappebti, sedangkan data spot emas diperoleh dari USA
GOLD dimana data harus dikonversikan terlebih dahulu kedalam Rupiah pergram
dengan kurs beli (bid price) pada BI. Data penelitian ini berupa data mingguan
spot price dan settlement price. Pada penelitian ini menggunakan kontrak yang
mendekati jatuh tempo dan di roll-over pada waktu akan berakhir.
ü Model Analisis Data
Model analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut (Ripple dan Moosa (2007)
ü Teknik Analisis
Teknik
analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel, EVIEWS,
dan SPSS 11.5 for windows melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1.
Mentabulasikan data harian harga futures dan spot komoditi emas dan olein
periode Januari 2005 sampai Januari 2010.
2.
Mentabulasikan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar untuk mengkonversikan
harga emas spot per-ounce dalam USD kedalam gram Rupiah.
3.
Mentabulasikan data mingguan harga futures dan spot komoditi emas dan olein
periode Januari 2005 sampai Januari 2010, tanpa data bulan Mei tahun 2005.
4.
Melakukan uji korelasi harga spot dan futures kedua komoditi untuk menentukan
apakah kedua komoditi tersebut memiliki hubungan sehingga dapat dilakukakan
tracking agar bisa digunakan sebagai sarana hedging yang baik.
5.
Menghitung return data mingguan spot komoditi.
Return dihitung menggunakan rumus : Rs = (St – St-1)
6.
Menghitung return data mingguan futures komoditi. Return dihitung menggunakan
rumus Rs = (Ft – Ft-1)
7.
Melakukan uji akar unit (test of unit roots) dengan metode ADF (Augmented DickeyFuller)
test untuk menentukan apakah data yang digunakan stasioner atau tidak. Data
yang stasioner memiliki kriteria yaitu jika rata-rata dan variansnya konstan
sepanjang waktu, kovarian antara dua data runtut waktu hanya tergantung dari
kelambanan antara dua periode waktu tersebut.
8.
Menghitung masing-masing rasio hedge tiap komoditi dengan menggunakan dengan
bantuan program eviews menggunakan OLS, model yang digunakan adalah sebagai
berikut:
ΔS = α + h*ΔF + ε dimana h’ adalah rasio hedge
9. Menghitung
return hedged mingguan masing-masing komoditi dengan rumus: Rh = (St – St-1) –
h*(Ft – Ft-1)
10.
Menghitung rata-rata return hedged bulanan masing-masing komoditi dengan
menggunakan rumus:
Rb = ∑ Rn / n
11. Melakukan uji perbedaan dengan cara menguji
dua data independen menggunakan independent t test.
k.
Hasil
Penelitian
hasil
levene’s test untuk menguji kesamaan varians (equality of variances) antara
varians return hedged komoditi emas dengan varians return hedged komoditi olein
menunjukkan tingkat signifikansi 0,191 dan nilai F sebesar 1,733. Tingkat
signifikansi sebesar 0,191 menunjukkan bahwa hipotesa kesamaan varians antara
varians return hedged komoditi emas dengan varians return hedged komoditi olein
tidak ditolak. Hal ini berarti bahwa varians return hedged komoditi emas sama
dengan varians return hedged komoditi olein.
Dari hasil uji akar yang
mengindikasikan data yang digunakan adalah stasioner dapat diketahui bahwa
rata-rata dan varians kedua data yang diteliti bersifat konstan. Disamping itu
kovarian antara dua data runtut waktunya tergantung pada kelambanan antara dua
periode tersebut. Jika data yang digunakan bersifat non-stasioner, maka data
harus distasionerkan terlebih dahulu dengan cara di deferensiasi (Winarno,
2007). Setelah diketahui bahwa return
kedua data bersifat stasioner, maka dilanjutkan dengan meregresi return spot
sebagai variabel dependen dengan variabel return futures sebagai variabel
independen. Hasil koefisien regresi variabel independen merupakan rasio hedge
optimum sebagai parameter untuk menentukan return hedged dan varians return
hedge.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, E.
(2006). Perbandingan Model Ordinary Least Square , Vector Autoregression,
dan Vector Error Correction Model Untuk Menghitung Hedge Ratio dan Hedging
Effectiveness Indeks Lq45 Futures Di Pasar Derivatif Bursa Efek Surabaya.
surabaya : Ailangga.
Amin, K. I.
(2004). Index Option Prices and Stock Market Momentum. Journal of Business,
No.77. Hal. 835-873.
Madura, J. (
1997). Manajemen Keuangan Internasional. Edisi keempat, jilid 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mishkin, F. S.
(2001). The Economic of Money, Banking and Financial Market. New Yok:
Addison Wesley.
Rivano, R.
(2006). Analisis Penerapan Black-Scholes Option Pricing Model dalam
Penilaian Opsi Beli Saham dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Thesis
MM: Universitas Gajah Mada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar