NAMA / NIM : M. RAMDAN / 17510238
MATA
KULIAH : ANALISIS
SEKURITAS (G)
DOSEN MATA
KULIAH : M. NANANG CHOIRUDDIN, SE.,
MM
1.
RIVIEW
JURNAL ANALISIS OPSI
Judul
|
Opsi
Saham Pada Pasar Modal Di Indonesia (Studi Pasar Opsi Saat Pasar Opsi Masih
Berlangsung Di Bursa Efek Indonesia)
|
Jurnal
|
Jurnal
Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis
|
Vol/Hlm
|
Volume
2, No. 2 / Halaman 300 - 312
|
Tahun
|
2019
|
Penulis
|
Syanti
Dewi & Ishak Ramli
|
Riviewer
|
M.
Ramdan (17510238)
|
Tanggal
|
2
Mei 2020
|
A.
Latar
Belakang
Pasar
opsi dipasar modal Indonesia sudah tidak berjalan sejak tahun 2010, padahal
opsi saham sebagai derivatif merupakan suatu instrumen keuangan yang diharapkan
akan mengamankan risiko saham yang bersangkutan. Dengan menggunakan derivatif
maka investor atau pengusaha dapat mengalihkan risiko keuangannya karena mereka
telah melindungi diri dari ketidakpastian (hedging the risk). Karena
derivatif dapat dengan mudah diperdagangkan di pasar uang, maka derivatif
dipercaya sebagai instrument yang likuid (mudah cair) karena investor atau
pengusaha dapat meng-uang-kan derivatif di pasar uang dengan relatif cepat di
kala mereka membutuhkan uang. Derivatif juga dapat menciptakan kredit dan
ekuitas karena instrument derivatif memperluas sumber kredit dan ekuitas dengan
menciptakan jenis kredit dan ekuitas yang baru.
B.
Dasar
Teori
Karimova
(2002) juga sependapat dengan Walmsley tentang manfaat derivatif. Menurutnya
tujuan utama dari derivatif adalah untuk melindungi perusahaan dalam melakukan
transaksi bisnis. Tujuan yang diungkapkan oleh Karimova ini dikenal dengan
istilah pemagaran (hedging). Perusahaan yang menggunakan hedging dalam
melakukan transaksi bisnisnya akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menggunakan atau berhenti menggunakan
hedging.
Salah
satu instrumen derivatif yang memegang peran penting dalam pasar derivatif
adalah opsi. Opsi merupakan suatu kontrak yang memberikan hak (bukan kewajiban)
kepada pemegang kontrak (option buyer) untuk membeli atau menjual suatu
aset tertentu suatu perusahaan kepada penulis opsi (option writer)
dengan harga tertentu (exercise price) dalam jangka waktu tertentu (expiration
date). Apabila pada saat jatuh tempo (expiration date) pemegang opsi
tidak menggunakan haknya, maka haknya tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Dengan demikian, opsi yang dimiliknya tidak akan bernilai lagi (Bodie, Kane dan
Marcus, 2006 : 340).
Berdasarkan
jenis hak yang diberikan kepada pemegangnya, opsi terbagi menjadi dua yaitu
opsi beli (call option) dan opsi jual (put option). Opsi beli
adalah opsi yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sejumlah
tertentu saham suatu perusahaan dengan harga dan waktu tertentu. Sedangkan opsi
jual memberikan hak kepada pemegangnya untuk menjual sejumlah tertentu saham
perusahaan dengan harga dan waktu tertentu pula. Sedangkan bila berdasarkan
periode waktu dan hak yang dimilki pemegangnya, Opsi terbagi menjadi dua tipe
yaitu American option dan European option. American option merupakan
suatu tipe opsi yang mengizinkan pemilik dari opsi untuk meng-exercise opsi
tersebut kapan saja baik sebelum jatuh tempo maupun pada saat jatuh tempo.
Sedangkan, European option mengizinkan pemilik dari opsi untuk meng-exercise
opsi hanya pada saat jatuh tempo (Sawidji Widioatmodjo, 2005: 163).
C.
Penelitian
Terdahulu
1) Penelitian
yang dikemukakan Bodie, Kane, Marcus (2002) bahwa harga saham, harga strike,
volatilitas, time to maturity dan interest rate merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi harga opsi. Karena ternyata pengaruhnya hanya
sebesar 32,66%(opsi beli) dan 54,09% (opsi jual).
2)
Di
pasar opsi BEI harga opsi masih dipengaruhi oleh faktor lain seperti harga underlying
asset, harga strike, waktu jatuh tempo, volatilitas dan tingkat suku
bunga (Lee Lowell, 2007).
3) Harga saham tidak signifikan
mempengaruhi harga opsi beli di Bursa Efek Indonesia. Hasil pengujian ini
sesuai dengan penelitian Benjamin Blau dan Chip Wade (2013) bahwa harga opsi
kurang menyediakan informasi mengenai harga saham di masa yang akan datang.
4)
Muravyev, Pearson dan Broussard (2013)
juga mengatakan bahwa harga opsi tidak memiliki informasi yang signifikan
mengenai harga saham di masa mendatang di balik apa yang tercermin pada harga
saham saat ini. Sehingga harga saham tidak bisa digunakan sebagai patokan untuk
penentuan harga opsi di Indonesia, khususnya pada harga opsi beli. Hal ini
terlihat dari data harga saham pada harga opsi beli yang rata-rata out of
money sehingga investor mengalami kerugian pada saat meng-exercisenya.
Akan tetapi berbeda dengan harga opsi jual, hasil pengujian menghasilkan bahwa
harga saham signifikan negatif mempengaruhi harga opsi jual di Bursa Efek
Indonesia.
5)
Hasil pengujian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Amin, Coval, and Seyhun (2002) yang mengatakan
bahwa harga saham memiliki pengaruh terhadap harga indeks opsi. Di dukung oleh
Mossin (1969) yang mencatat bahwa terdapat interaksi antara saham dan opsi.
D.
Objek
Penelitian
Yang
menjadi objek dalam penelitian ini adalah empat saham perusahaan yang tercatat
dalam seluruh kontrak opsi saham di BEI pada periode tersebut yakni PT Astra
Internasional Tbk (ASII), PT Telekomunkasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Indofood
Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Bank Asia Central Tbk (BBCA).
E.
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah Penelitian ini dilakukan untuk :
1) Menguji apakah harga saham, harga strike, time to
maturity, volatilitas harga saham, risk-free interest rate secara
bersama-sama mempengaruhi harga opsi saham saat pasar opsi masih berlangsung di
Bursa Efek Indonesia.
2) Menguji apakah harga saham mempengaruhi harga opsi saham saat
pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia.
3) Menguji apakah harga strike mempengaruhi harga opsi saham
saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia.
4) Menguji apakah time to maturity mempengaruhi harga opsi
saham saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia.
5) Menguji apakah volatilitas harga saham mempengaruhi harga opsi
saham saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia.
6) Menguji risk-free interest rate mempengaruhi harga opsi
saham saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia.
F.
Metode
Penelitian
1)
Lokasi :
Jakarta,
Indonesia
2)
Data dan Sumber Data :
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
kuantitatif yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia (BEI),
jurnal-jurnal dan buku-buku referensi, yang berkaitan dengan topik penelitian.
3)
Teknik Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah terkait opsi saham yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia, BI Rate terkait transaksi opsi saham selama tahun 2007 –
2008, yaitu periode mulai ditransaksikan kembali kontrak opsi saham setelah
sempat terhenti sejak tahun 2004.
4)
Analisis Data :
Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan persamaan model
regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitan ini yaitu model regresi
linear dengan melibatkan lebih dari satu variable bebas atau predictor.
G.
Hipotesis
1) Berdasarkan hasil dari ringkasan dari
pengujian secara parsial terhadap harga opsi beli (Tabel 3) dari analisis
linear regresi berganda, dapat disimpulkan bahwa harga saham, harga strike,
time to maturity, volatilitas harga saham danrisk-free interest rate secara
parsial tidak signifikan mempengaruhi harga opsi beli dengan tingkat keyakinan
95%. Sedangkan dengan tingkat keyakinan 90%, hanya harga saham dan volatilitas
harga saham yang secara parsial signifikan positif mempengaruhi harga opsi beli
saat pasar opsi masih berlangsung di Bursa Efek Indonesia (BEI)
2) Berdasarkan hasil dari ringkasan dari
pengujian secara parsial terhadap harga opsi jual (Tabel 4) dari analisis
linear regresi berganda, dapat disimpulkan bahwa harga saham secara parsial
signifikan negatif dan harga strike secara parsial signifikan positif
mempengaruhi harga opsi jual dengan tingkat keyakinan 95%, sedangkan time to
maturity, volatilitas harga sahamdan risk-free interest rate secara
parsial tidak signifikan mempengaruhi harga opsi jual saat pasar opsi masih
berlangsung di BEI.
H.
Hasil
Penelitian
Menunjukkan bahwa Harga saham, harga strike,
time to maturity, volatilitas dan risk-free interest rate secara
bersama-sama signifikan positif mempengaruhi harga opsi saham baik itu harga
opsi beli maupun harga opsi jual di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2008 saat
pasar opsi masih berlangsung. Harga saham tidak signifikan mempengaruhi harga opsi beli di Bursa Efek
Indonesia. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh penulis, diketahui
bahwa harga strike tidak signifikan mempengaruhi harga opsi beli di
Bursa Efek Indonesia, time to maturitytidak signifikan positif
mempengaruhi harga opsi saham di Bursa Efek Indonesia, volatilitas harga saham
tidak signifikan mempengaruhi harga opsi saham di Bursa Efek Indonesia, bahwarisk-free
interest rate tidak signifikan mempengaruhi harga opsi saham di Bursa Efek
Indonesia.
2.
KAITAN
DENGAN TEORI ATAU REFERENSI
Dari
hasil penelitian diatas menjelaskan bahwa Harga saham, harga strike, time
to maturity, volatilitas dan risk-free interest rate secara
bersama-sama signifikan positif mempengaruhi harga opsi saham baik itu harga
opsi beli maupun harga opsi jual di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2008 saat
pasar opsi masih berlangsung sedangkan jika dilakukan satu persatu menunjukkan
hasil yang tidak berpengaruh. Hasil penelitian tersebut tidak sesaui dengan sesuai
dengan teori yang ada, dimana harga saham, harga strike, time to maturity,
volatilitas dan Risk-free interest memiliki pengaruh terhadap harga
sebuah opsi.
Harga
sebuah opsi akan di pengaruhi oleh beberapa faktor, pengaruh
masing-masing faktro tersebut tergantung jenis opsi tersebut, apakah opsi
tersebut jenis call atau put option. Berikut ini enam faktor yang mempengaruhi
harga sebuah opsi (Tandelilin, 2017: 453-454):
A. Harga
saham. Harga opsi akan berubah jika harga saham yang dijadikan patokan
juga berubah. Untuk call option, jika harga saham naik (faktor lain dianggap tetap)
maka harga opsi akan meningkat karena nilai intrinsiknya bertambah. Sebaliknya
pada put option, jika harga saham naik maka harga opsi akan turun karena nilai
intrinsiknya menurun.
B. Strike
Price. Strike Price adalah sebuah opsi besarnya akan tetap selama
umur opsi tersebut. Jika semua faktor lain diasumsikan tetap, maka semakin
rendah Strike Price menyebabkan semakin tinggi harga call option.
C. Expiration
date. Setelah expiration date maka sebuah opsi tidak mempunyai nilai
apa-apa, sehingga jika semua faktor lain temp, maka scmakin lama expiration
date sebuah opsi maka akan semakin tinggi harga opsi terscbut. Hal ini dikarenakan
jika waktu expiration sebuah opsi relatif pendek, maka akan semakin sedikit
waktu yang tersedia bagi investor untuk berspekulasi terhadap kenaikan atau
penurunan harga saham.
D. Volatilitas
harga saham. Jika semua faktor lain dianggap temp, semakjn besar volatilitas
harga saham (ditunjukkan oleh standar deviasi atau varians) yang dihampkan maka
harga opsi juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin besar volatilitas
maka akan semakin besar probabilitas bahwa harga saham akan mengalami perubahan
yang diinginkan.
E. Tingkat
suku bunga bebas risiko jangka pendek. Pembelian opsi ini dapat memberikan
kesempatan kepada investor untuk melakukan spekulasi terhadap pergerakan harga
saharn tanpa harus mempunyai saham yang dijadikan patokan. Di samping itu investasi
pada opsi akan relatif lebih murah jika djbandingkan dengan investasi dengan
membeli saham itu sendiri. Umumnya jika tingkat suku bunga bebas risiko
meningkat maka harga-harga saham juga akan mengalami kenaikan, sehingga pada
tingkat suku bunga bebas risiko jangka pendek yang tinggi, investor akan
semakin tertarik untuk membeli call option dibandingkan membeli saham dan hal
ini akan menyebabkan harga call option naik.
F. Kemungkinan
mendapatkan dividen. Kemungkinan sebuah saham memberikan dividen
akan cenderung menutunkan harga call option dari saham tersebut, karena
investor lebih tertarik untuk membeli saham itu sendiri daripada opsinya.
Sebaliknya pada put option adanya dividen akan cenderung meningkatkan harga
opsi tersebut.
3.
REKOMENDASI
TERKAIT ANALISIS SELANJUTNYA
Dari hasil penelitian
diatas menunjukkan bahwa variabel yang diteliti secara bersama-sama menunjukkan
hasil yang berpengaruh positif terhadap opsi saham, sedangkan jika diteliti
satu persatu menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh. Oleh karena itu sebaiknya
untuk analisis selanjutnya peneliti hendaknya lebih memfokuskan penelitian
kemasing-masing variabel agar dapat mengetahui hasilnya, baik itu berpengaruh
secara keseluruhan atau beberapa yang berpengaruh dan tidak sama sekali berpengaruh
terhadap opsi saham.
1.
RIVIEW
JURNAL ANALISIS FUTURE
Judul
|
Pengaruh Kontrak Futures Indeks Terhadap Volatilitas Underlying Spot Market di Indonesia
|
Jurnal
|
Jurnal
Manajemen
|
Vol/Hlm
|
Volume
XXI, No. 01 / Halaman 17-32
|
Tahun
|
2017
|
Penulis
|
Sukmawati
Sukamulja & Sony Fidanti
|
Riviewer
|
M.
Ramdan (17510238)
|
Tanggal
|
2
Mei 2020
|
A.
Latar
Belakang
Banyak perdebatan berkaitan dengan pengaruh transaksi futures terhadap
volatilitas underlying asset nya. Beberapa hasil penelitian menyatakan
bahwa transaksi futures berpengaruh terhadap volatilitas aset yang
mendasarinya. Sebaliknya, penelitian lain membuktikan bahwa transaksi kontrak futures
tidak mempengaruhi volatilitas aset penyertaannya. Hasil penelitian
tersebut masih kontradiksi sampai sekarang. Di Indonesia pasar futures dimulai
dengan LQ45 futures. LQ45 Futures telah dihentikan perdagangannya
pada tahun 2009, atau hanya berjalan selama 9 tahun –sejak kemunculannya di
tahun 2001. Kini tujuh (7) tahun pasca penghentian perdagangan kontrak futures
indeks dengan underlying indeks LQ45 atau LQ45 Futures tersebut
kembali diperdagangkan pada 1 Februari 2016.
B.
Dasar
Teori
Hedging merupakan transfer of risk akibat
volatilitas harga, melalui perdagangan berjangka. Melalui hedging, kerugian
posisi aset awal dihilangkan. Hubungan antara hedging dan derivatif amat
erat. Derivatif merupakan salah satu teknik hedging yang banyak dan
sering digunakan. Banyak jenis derivatif yang dapat digunakan untuk melindungi
aset di masa mendatang. Penggunaan derivatif berbeda satu dengan lainnya,
sesuai dengan aset pernyertaannya, seperti forward, futures, options, dan
swaps.
Volatilitas terjadi akibat masuknya informasi baru ke dalam pasar. Adanya informasi baru tersebut, para pelaku pasar akan menyesuaikan diri dan melakukan penilaian kembali. Apabila pasar efisien, penyesuaian dilakukan dengan cepat sehingga harga yang terbentuk mencerminkan informasi terbaru tersebut. Peningkatan efisiensi dapat dideteksi dari meningkatnya market depth dan menurunnya bid-ask spread. Sebaliknya, pada pasar yang tidak efisien, penyesuaian tidak dilakukan dengan cepat dan terjadi noise sehingga harga yang terbentuk tidak mencerminkan informasi terbaru yang masuk. Proses penyesuaian melalui naik/turun harga merupakan fluktuasi perubahan harga, disebut volatilitas.
Volatilitas terjadi akibat masuknya informasi baru ke dalam pasar. Adanya informasi baru tersebut, para pelaku pasar akan menyesuaikan diri dan melakukan penilaian kembali. Apabila pasar efisien, penyesuaian dilakukan dengan cepat sehingga harga yang terbentuk mencerminkan informasi terbaru tersebut. Peningkatan efisiensi dapat dideteksi dari meningkatnya market depth dan menurunnya bid-ask spread. Sebaliknya, pada pasar yang tidak efisien, penyesuaian tidak dilakukan dengan cepat dan terjadi noise sehingga harga yang terbentuk tidak mencerminkan informasi terbaru yang masuk. Proses penyesuaian melalui naik/turun harga merupakan fluktuasi perubahan harga, disebut volatilitas.
C.
Penelitian
Terdahulu
Sharma dan Malhotra (2015) dan Yadev (2016) Mempercayai bahwa
adanya kontrak futures (futures trading), dapat meningkatkan
volatilitas pasar saham dengan adanya ketidakstabilan pada harga spot dari
underlyingnya. Pendapat lain mempercayai bahwa kontrak futures memiliki
pengaruh yang baik terhadap harga underlying-nya. Menurut kasman dan
kasman (2008), bohl et al. (2011, 2014), dan singh (2016) futures
trading menurunkan volatilitas pasar saham. Artinya, dengan adanya transaksi
futures justru meredam gejolak harga spot di pasar aset
penyertaannya. Hasil penelitian itu sejalan dengan penelitian terdahulu seperti
yang dilakukan oleh bologna dan cavallo (2002) yang menemukan bahwa volatilitas
harga di pasar spot menurun dan market depth makin meningkat
setelah kemunculan kontrak futures serta dampaknya dirasakan secara
langsung.
Selain itu, Penelitian yang dilakukan oleh Xie dan Huang (2004),
Mallikarjunappa dan Afsal, 2008, Gahlot et al. (2010), Sahu (2012), Lee et
al. (2015), Er et al. (2014) dan Spyrou (2015) menemukan hasil yang
sama, yaitu kehadiran kontrak futures indeks tidak mempengaruhi
volatilitas dari underlying spot market-nya. Xie dan Huang (2014)
berpendapat bahwa tidak adanya pengaruh atas keberadaan ini bisa disebabkan
peraturan yang berbeda disetiap pasar berjangka (derivatif) di berbagai negara.
D.
Objek
Penelitian
Yang
menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang tercatat/terdaftar
dalam
saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
E.
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan menganalisis efek yang ditimbulkan dari
adanya kontrak futures indeks (LQ45 Futures) yang berpengaruh
terhadap volatilitas indeks underlyingnya, yaitu indeks LQ45.
Selanjutnya, apabila benar terjadi “futures effect,” bagaimana respon
pasar terhadap informasi tersebut terkait dengan fenomena market efficient.
Melalui penelitian ini, selain sebagai kontribusi pada studi serupa dengan
objek penelitian pasar modal Indonesia, juga sebagai salah satu acuan bagi
investor dan regulator untuk mengantisipasi kemunculannya pada periode kedua
ini.
F.
Metode
Penelitian
1)
Lokasi :
Yogyakarta,
Indonesia
2) Data dan Sumber Data :
Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah harga penutupan harian dari indeks LQ45
periode 2000 sampai 2009. Data diklasifikasikan berdasarkan periode sebelum (prefutures:
10 Oktober 2000-10 Agustus 2001, dengan 206 observasi) dan sesudah (postfutures:
13 Agustus 2001-13 Agustus 2009, dengan 1946 observasi) keberadaan kontrak futures
indeks.
3)
Teknik Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data dari buku-buku
referensi, jurnal-jurnal dan laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa
Efek Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan metode observasi,
yaitu metode pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor
dalam pelaksanaannya. Metode observasi tidak hanya mengukur sikap dari
responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang
terjadi.
4) Analisis Data :
Dalam
melakukan penelitian, untuk melihat pengaruh transaksi futures terhadap
volatilitas underlying spot digunakan Generalized Autoregressive Conditional
Heteroscedasticity (GARCH) untuk pasar LQ45 futures. GARCH berasal dari
Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH), yaitu varian kondisional
pada waktu t yang tergantung pada besaran nilai kuadrat kesalahan varian pada
t-1 yang berubah sepanjang waktu. Generalisasi pertama model ARCH (1) adalah model
ARCH (p). Varian kondisional tergantung pada p squared disturbance sebelumnya.
Model GARCH banyak digunakan di literatur keuangan, seperti asset returns dan
volatility clustering. GARCH (p,q) adalah sebagai berikut di bawah ini
(Bollerslev, 1986).
G.
Hipotesis
H1:
Kontrak LQ45 futures indeks berpengaruh pada penurunan volatilitas underlying
spot market (LQ45 indeks).
H2: Kemunculan kontrak LQ45 futures
indeks berpengaruh pada peningkatan efisiensi pasar.
H.
Hasil Penelitian
Menunjukkan bahwa hasil pengujian pada return indeks LQ45
menemukan bahwa telah terjadi volatilitas yang rendah selama keberadaan kontrak
futures indeks. Akan tetapi, volatilitas ini bukan dipengaruhi oleh
kontrak futures indeks. Artinya kemunculan transaksi kontrak futures
tidak berpengaruh terhadap volatilitas underlying spot nya. Hasil
pengujian pada return indeks LQ45 periode sebelum dan setelah kontrak futures
indeks menunjukan peningkatan efisiensi pasar terutama setelah kemunculan
kontrak futures indeks.
2.
KAITAN
DENGAN TEORI ATAU REFERENSI
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, hasil penlitian menunjukan
bahwa kontrak future tidak berpengaruh terhadap volatilitas underryling
spot-nya. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada.
Kontrak
berjangka indeks merupakan kontrak berjangka panjang dengan menggunakan
variabel pokok (underyling) suatu indeks saham. Karena ada sejumlah
indeks saham, maka ada sejumlah kontrak berjangka di satu bursa. Perdagangan
Kontrak berjangka modal Indonesia yang disediakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). DI BEI terdapat empat
kontrak berjangka pada indeks pasar saham, yaitu LQ Futures. Mini LQ Futures,
DOW Futures dan JP Futures (Tandelilin, 2010 : 480).
Kontrak
Berjangka (Futures) adalah suatu kontrak yang mewajibkan para pihak untuk membeli
atau menjual sejumlah underlying asset tertentu pada harga tertentu dan dalam
waktu tertentu di masa yang akan datang. Pergerakan harga Kontrak Berjangka
dipengaruhi oleh pergerakan underlying asset (aset yang menjadi dasar dari
kontrak futures tersebut), misalnya KBIE LQ-45 mengikuti pergerakan indeks
LQ-45 yang menjadi acuan. Dalam perdagangan IDX LQ-45 Futures terdapat istilah
short/posisi jual dan long/posisi beli. Penentuan posisi tersebut tergantung
pada prediksi dan analisa masing-masing investor. Jika investor memprediksi
arah pergerakan Indeks LQ-45 akan naik, maka posisi yang paling tepat adalah
posisi long, sedangkan jika investor memprediksi arah pergerakan Indeks LQ-45 akan turun, maka
posisi yang paling tepat adalah posisi short.
3.
REKOMENDASI
TERKAIT ANALISIS SELANJUTNYA
Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan dengan metode GARCH
lainnya dan menguji adanya market shock dengan membagi ke dalam
sensitivitas tinggi dan rendah seperti yang dilakukan oleh Nomikos dan
Pouliasis (2011). Pengujian peningkatan efisiensi pasar juga dapat dilakukan
dengan menguji bid-ask spread dan market depth seperti yang
dilakukan oleh Spyrou (2015) serta membagi ke dalam inform investor dan uninform
investor atau antara hedger dan speculative investor.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Syanti & Ishak Ramli. Opsi Saham
Pada Pasar Modal Di Indonesia (Studi Pasar Opsi Saat Pasar Opsi Masih
Berlangsung Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis: Vol.
2, No. 2 / Halaman 300 - 312, 2019.
Sukamulja, Sukmawati & Sony Fidanti. Pengaruh
kontrak futures indeks terhadap Volatilitas underlying spot market di
Indonesia. Jurnal Manajemen: Vol. XXI, No. 01 / Halaman 17-32, 2017.
Tandelilin, Eduardus. Pasar Modal:
Manajemen Portofolio & Investasi, Yogyakarta: PT. Kanisius, 2017.
Tandelilin, Eduardus. Portofolio dan
Investasi: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: PT. Kanisius, 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar